Masukkan Code ini K1-43E2AC-4
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

kumpulblogger

Sabtu, 24 Oktober 2009

Keadilan menurut Ibn Taimiyah

Keadilan menurut Ibn Taimiyah

Pernyataan di atas adalah benar pernyataan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dalam salah satu kitabnya, (VI/322).

Pertanyaannya adalah, apa makna sebenarnya dari pernyataan tersebut? Benarkah bagi Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah—dengan ungkapan tersebut—sistem yang tidak islami atau sistem Islam itu bukanlah suatu hal urgen dan yang urgen adalah keadilan? Bisakah ungkapan di atas dijadikan bagi kebolehan ber- dengan sistem yang tidak islami dan berkoalisi dengan partai sekular?

Sebagaimana diketahui, taraf pemikiran umat Islam saat ini begitu merosot tajam hingga hampir mencapai titik nadir. Dampaknya, bermunculanlah pemikiran dan gagasan aneh yang tidak pernah dikenal oleh generasi Islam sebelumnya. Misalnya, kebolehan melakukan (bergabung) dengan pemerintahan yang tidak islami, koalisi partai Islam dengan partai sekular dan lain sebagainya. Gagasan-gagasan aneh dan menyimpang ini juga lahir akibat diabaikannya (prinsip-prinsip syariah) demi apa yang mereka sebut dengan ‘kemaslahatan’. Kemaslahatan telah mereka posisikan seolah-olah lebih tinggi di atas hukum syariah. Akibatnya, suatu perkara yang jelas-jelas haram bisa mengalami metamorfosis menjadi halal jika dalam perkara yang haram tersebut terdapat kemaslahatan. Begitu pula sebaliknya.

Ironisnya, para pengusung gagasan-gagasan di atas juga mengetengahkan sejumlah argumentasi untuk membenarkan pendapat mereka. Mengenai dengan pemerintahan yang tidak islami misalnya, mereka beralasan dengan kisah Nabi Yusuf as. Menurut mereka, Nabi Yusuf as. telah ber- dengan pemerintahan yang tidak islami yang ada di Mesir saat itu. Mereka juga beralasan dengan kisah Raja Najasyi yang memerintah dengan hukum-hukum kufur, padahal pada saat kematiannya terbukti telah memeluk agama Islam. Menurut mereka, dua kisah ini membuktikan bahwa dengan pemerintahan yang tidak islami bukanlah perkara terlarang. Dalam prespektif itu pulalah ungkapan yang dikutip oleh Syaikhul Islam Ibn Taimiyah di atas dikemukakan. Dengan ungkapan di atas seakan-akan Ibnu Taimiyah melegalkan dalam pemerintahan yang tidak islami dan berkoalisi dengan partai-partai sekular.

Lengkapnya, pernyataan Ibn Taimiyah di atas adalah sebagai berikut:

فَإِنَّ النَّاسَ لَمْ يَتَنَازَعُوا فِي أَنَّ عَاقِبَةَ الظُّلْمِ وَخِيمَةٌ وَعَاقِبَةُ الْعَدْلِ كَرِيمَةٌ وَلِهَذَا يُرْوَى: اللهُ يَنْصُرُ الدَّوْلَةَ الْعَادِلَةَ وَإِنْ كَانَتْ كَافِرَةً وَلاَ يَنْصُرُ الدَّوْلَةَ الظَّالِمَةَ وَإِنْ كَانَتْ مُؤْمِنَةً

Sesungguhnya manusia tidak berselisih pendapat, bahwa dampak kezaliman itu sangatlah buruk, sedangkan dampak keadilan itu adalah baik. Oleh karena itu, dituturkan, “Allah menolong negara yang adil walaupun negara itu kafir dan tidak akan menolong negara zalim, walaupun negara itu Mukmin.”1

Untuk memahami maksud ungkapan di atas secara tepat, paling tidak ada 3 hal yang mesti kita perhatikan. : bentuk ungkapan dan konteksnya. Dalam ungkapan di atas, Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah menggunakan kata(diriwayatkan). Dalam ilmu ushulul-hadits, kata tersebut disebut dengan yang lazim digunakan untuk meriwayatkan khabar (lemah), tanpa sanad dari Nabi saw.2 Ibn Taimiyah adalah ulama hadis. Beliau juga tentu menerapkan kaidah tersebut. Karena itu, bisa dipastikan,kata menunjukkan bahwa beliau tidak yakin terhadap (diterima)-nya ’sanad’ ungkapan tersebut. Ini saja sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk menolak pendapat sebagian orang yang menjadikan ungkapan Ibn Taimiyah di atas sebagi hujjah atas kebolehan ber- dengan pemerintahan yang tidak islami, atau berkoalisi dengan partai-partai sekular.

: makna ungkapan. Seandainya dari sisi ungkapan tersebut (padahal faktanya tidak), kita tetap harus mengkomparasikan ungkapan tersebut dengan pandangan Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah tentang adil dan keadilan. Dalam kitab Ibn Taimiyyah menjelaskan adil dan keadilan sebagai berikut:3

Keadilan itu adalah keadilan yang bersifat , yakni istiqamah. Adil adalah semua hal yang ditunjukkan oleh Islam—Al-Kitab dan as-Sunnah—baik dalam (hukum) muamalah yang berkaitan dengan sanksi ataupun hukum-hukum lain. Sesungguhnya adil pada semua hal tersebut adalah apa yang ada di dalam al-Kitab dan as-Sunnah. Sesungguhnya secara umum apa yang dilarang oleh al-Kitab dan as-Sunnah adalah kembali pada realisasi adil dan larangan untuk berlaku zalim, baik secara detil maupun secara global, misalnya makan harta yang bathil…

Inilah pendapat Ibn Taimiyah tentang adil dan keadilan. Pendapat ini kurang lebih sama dengan pendapat para fukaha dan para mufassir tentang keadilan.4 Imam al-Qurthubi, misalnya, menuturkan riwayat dari Ibn Athiyah yang menegaskan, bahwa adil adalah setiap hal yang difardhukan baik akidah maupun syariah.5

Perlu dicatat, bahwa makna keadilan itu tidak berbeda dengan makna keadilan secara bahasa. Al-Hafidz al-Jurjani menegaskan, bahwa keadilan itu secara bahasa adalah istiqamah, dan dalam syariah berarti istiqamah di jalan yang haq serta jauh dari hal-hal yang dilarang.6 Jadi makna konprehensif dari kata secara tidak keluar dari lingkup terhadap apa yang ditunjuk oleh al-Kitab dan as-Sunnah; baik dalam akidah maupun ibadah, akhlak dan muamalah serta yang lain.7

Dengan demikian, kita tidak ragu sama sekali untuk menyatakan bahwa maksud ungkapan Ibn Taimiyah di atas bukan untuk melegalisasi pemerintahan yang tidak islami atau dengan pemerintahan yang tidak islami atau berkoalisi dengan partai-partai sekular.

: ungkapan di atas bukanlah fatwa Ibnu Taimiyah mengenai kebolehan melakukan dengan pemerintahan yang tidak islami atau kebolehan berkoalisi dengan partai-partai sekular sehingga seseorang menyatakan bahwa kita boleh bertaklid pada fatwa seorang ulama. Sebab, pernyataan tersebut hanyalah pernyataan yang dikutip oleh Ibnu Taimiyah dengan , sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Alhasil dengan di atas, bisa kita simpulkan bahwa ungkapan yang dikutip oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab di atas tidak bisa dijadikan argumen atas kebolehan dengan pemerintahan yang tidak islami atau kebolehan koalisi dengan partai-partai sekular. Apalagi konteks ungkapan Ibn Taimiyah di atas pada dasarnya hanyalah ungkapan hiperbolik yang menjelaskan keutamaan adil serta dorongan agar seseorang berbuat adil, tidak lebih. Ungkapan ini disitir oleh Imam Ibnu Taimiyah pada bab (kaidah dalam masalah hisbah/peradilan). Jadi, ungkapan ini hanya berhubungan dengan topik peradilan dan hal-hal yang berkaitan dengan peradilan, yakni keharusan seorang (hakim) menegakkan keadilan dan rasa aman di tengah-tengah masyarakat. Tentu ungkapan di atas sama sekali tidak berhubungan dengan kebolehan seorang Muslim melakukan dengan pemerintahan yang tidak islami, atau melakukan koalisi dengan partai-partai sekular (kafir).

Lalu bagaimana kewajiban kita? Kewajiban kita adalah mengubah masyarakat yang tidak islami menjadi masayarakat yang islam. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Sulaiman Ibnu Buraidah dituturkan bahwa Nabi saw. pernah bersabda:8

أُدْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ فَإِنْ أَجَـابُوكَ فأَقْبِلْ مِنْهُمْ و كُفَّ عَنْهُمْ ثُمَّ أُدْعُهُمْ إِلَى التَّحَوّلِ مِنْ دَارِهِمْ الى دَارِالمُهَاجِرِيْنَ و أَخْبِرْهُمْ أَنَّهُمْ إِنْ فَعَلُوا ذَلِكَ فَلَهُمْ ما لِلْمُهَاجِرِيْنَ وَ عَلَيْهِمْ مَا عَلَى الْمُهَاجِريْنَ

.

Hadis tersebut menjelaskan dengan (jelas) kewajiban seorang Muslim untuk mengubah sistem yang tidak islami menjadi sistem Islam.

Nabi saw. juga memerintahkan kaum Muslim untuk memerangi para penguasa yang telah menampakkan kekufuran nyata (). Imam al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadis dari Ubadah bin Shamit yang berkata:9

دَعَانَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَايَعْنَاهُ فَقَالَ فِيمَا أَخَذَ عَلَيْنَا أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا وَأَثَرَةً عَلَيْنَا وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ اْلأَمْرَ أَهْلَهُ إِلاَّ أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنْ اللَّهِ فِيهِ بُرْهَانٌ

(HR al-Bukhari).

Hadis ini menunjukkan bahwa seorang Muslim wajib mencabut kekuasaan dari seorang penguasa yang telah terjatuh pada kekufuran yang nyata ().

Pada saat yang sama, Nabi saw. tetap memerintahkan kaum Muslim untuk menaati penguasa zalim dan fasik, sepanjang dia masih menerapkan syariah Islam dalam kehidupan negara dan masyarakat. Nash-nash yang berbicara masalah ini sangatlah banyak. Di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:10

مَنْ كَرِهَ مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ مِنْ النَّاسِ خَرَجَ مِنْ السُّلْطَانِ شِبْرًا فَمَاتَ عَلَيْهِ إِلاَّ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

.

Terkait dengan hadis ini Imam al-Hafidz an-Nawawi11 menegaskan, “Ahlus Sunnah wal Jamaah bersepakat, bahwa penguasa (Imam/Khalifah) itu tidak diturunkan hanya karena kefasikannya.”

Selanjutnya Imam an-Nawawi12 menegaskan:

Sebab mengapa penguasa (Imam/Khalifah) yang fasik tersebut tidak diturunkan serta mengapa haram keluar dari kekuasannya adalah akan berakibat pada terjadinya fitnah, tertumpahnya darah dan kerusakan karena permusuhan…Karena itu, kerusakan yang terjadi akibat penurunan Khalifah/Imam adalah lebih besar daripada kalau mereka dibiarkan (tetap berkuasa).

. [KH Musthafa A. Murtadlo]

Catatan kaki:

1 Ibnu Taimiyyah, , VI/322.

2 Jamaluddin al-Qashimi,, 1/77.

3 Lihat: Ibn Taimiyyah, , Dar al-Ma’arif li ath-Thiba’ah wa an-Nasyr, Beirut, tt., hlm. 15 dan 156; Al-Jurjani,, hlm. 147.

4 Syaikh Ihsan Abdul Mun’im Samarah, , hlm. 49.

5 Al-Qurthubi, X/165-166.

6 Al-Jurjani, hlm. 152.

7 Dr. Muhammad Sidiq Afifi, , 91.

8 Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi, , V/139.

9 Al-Bukhari, VI/2588, hadis nomor 6647.

10 , VI/2588, hadis nomor 6645.

11 Al-Hafizh an-Nawawi, juz 6 hal 314

belajar dari FIS dari al jazaer dan Hasan al banna dari mesir

Mengenal Sosok Muda Imam Hasan Al-Banna

Nama “Hasan Al-Banna” selalu lekat dengan jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun, karena beliau adalah pendiri dan menjadi Mursyid ‘Am pertama jamaah tersebut. Sekalipun sang imam “Al-Banna” -semoga Allah merahmatinya-, tidak mengenyam kehidupan lebih dari 42 tahun, namun pada masa hidupnya banyak memberikan kontribusi dan prestasi yang besar sehingga banyak terjadi lompatan sejarah terutama dalam melakukan perubahan kehidupan umat menuju Islam dan dakwah Islam yang lebih cerah, banyak perubahan-perubahan yang dicapai olehnya, apalagi saat beliau hidup kondisi umat dalam keadaan yang begitu parah dan mengenaskan, keterbelakangan, ketidakberdayaan, kebodohan umat, dan ditambah dengan penjajahan barat.

42 tahun kalau diukur dari perjalanan sejarah merupakan waktu yang singkat, merupakan usia yang belum bisa memberikan apa-apa, walaupun umur sejarah tidak bisa diukur berdasarkan tahun dan hari, namun dapat juga diukur dari banyaknya peristiwa yang berdampak pada perubahan kondisi, situasi dan keadaan, dan inilah yang selalu melekat pada sosok Hasan Al-Banna, beliau banyak memberikan pengaruh dalam perubahan sejarah, dan beliau juga merupakan salah satu dari orang yang memberikan kontribusi melakukan perbaikan dan perubahan dalam tubuh umat. Sekalipun umur beliau relatif pendek namun beliau termasuk orang yang mampu membuat sejarah gemilang.

Setiap orang pasti memiliki faktor yang dapat dinilai mampu memberikan kontribusi dan saham dalam pembentukan karakter dan jati dirinya dan menentukan berbagai hakikat yang dipilihnya. Dan bagi pemerhati lingkungan yang di dalamnya hidup sang imam Al-Banna akan dapat menemukan awal yang baik, dan karena itu berakhir dengan baik. Seperti dalam ungkapan: “Akhir yang baik mesti diawali dengan permulaan yang baik”.

Dan imam Al-Banna kecil (muda) hidup dibawah naungan dan lingkungan yang bersih dan suci. Dan rumah yang di dalamnya hidup sang imam juga merupakan rumah yang tershibghah dengan shibghah islam yang hanif. Orang tuanya bernama syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Bann. Beliau adalah seorang imam masjid di desanya, dan seorang tukang reparasi dan penjual jam. Namun disisi lain orang tuan Hasan Al-Banna adalah sosok pecinta ilmu dan buku, sehingga senang menuntut ilmu dan membaca buku, dan sebagian waktunya banyak dihabiskan untuk membaca dan menulis, dan beliau juga banyak menulis kitab, diantaranya adalah “Badai’ul Musnad fi Jam’I wa Tartiibi Musnad As-Syafi’I”, “Al-Fathu Ar-Robbani fi Tartiibi Musnad Ahmad As-Syaibani”, “Bulughul Amani min Asrori Al-fathu Ar-Robbani”

Bahwa komitmen dengan Islam dan manhaj robbani sangat membutuhkan pondasi utama pada lingkungan yang menggerakkannya, agar dapat tumbuh dan besar seperti pondasi tersebut, dan jika tidak ada lingkungan yang mendukung maka akan menjadi sirna dan mati sejak awal kehidupannya. Dan Allah telah memberikan karunia besar terhadap imam “Al-Banna” dengan lingkungan yang baik ini. Orang tuanya memberikan tarbiyah sejak awal dengan baik; meumbuhkan kecintaan terhadap Islam kepada anaknya sejak dini, selalu memelihara bacaan dan hafalan Al-Qur’an, sehingga memberikan kepada pemuda tersebut waktu dan tenaga yang cerah dalam berfikir dan berdakwah, dan pada saat itu pula –yang mana pada saat itu- Islam telah tertutupi oleh kehidupan yang bebas dan politik yang rusak, tampak menjadi asing –bahkan aneh dan tidak wajar- melihat seorang pemuda yang begitu besar komitmennya terhadap ajaran Islam sampai pada masalah waktu, atau dalam menunaikan ibadah shalat dengan penuh kedisiplinan.

Sejak awal dapat kita lihat bahwa imam Al-Banna telah menentukan jalannya dan karakter hidupnya; yaitu jalan hidup yang beliau lakoninya dalam kehidupannya secara pribadi yang unik; komitmen terhadap Islam dan manhaj robbani dan interaksinya dengan orang lain dengan baik dan sesuai dengan ajaran Islam. Baliau begitu terkesan dengan hadits Nabi dan begitu kuat berpegang teguh dengannya; yaitu hadits Nabi saw: “Jagalah lima perkara sebelum datang lima perkara.. diantaranya adalah “masa mudamu sebelum datang masa tuamu”, begitupun dengan hadits Nabi saw lainnya: “ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada saat tidak ada naungan kecuali naungannya.. diantaranya adalah “seorang pemuda yang taat beribadah kepada Allah”.

Maka dari itu imam “Al-Banna” kehidupannya adalah islam dan tidak ada yang lain dalam diri dan hidupnya kecuali Islam. Hal itu tampak juga dengan jelas pada beberapa lembaga atau yayasan yang sejak kecil beliau loyal kepadanya, yang kesemuanya merupakan lembaga atau yayasan Islam, seperti “Jam’iyyah As-Suluk wal Akhlak” dan “Jama’ah An-Nahyu Al-Munkar”, dan beliau juga memiliki hubungan yang erat dengan harakah sufiyah yang pada saat itu marak tersebar di berbagai pelosok daerah dan kota di Mesir.

Adapun diantara faktor lain yang membantunya komitmen di jalan kebenaran adalah karena beliau begitu banyak beribadah dan taat kepada Allah, sejak mudanya beliau sering melakukan puasa sunnah, khususnya puasa sunnah yang berhubungan dengan hari-hari besar Islam, dan lebih banyak lagi beliau melakukan puasa hari sunnah senin dan hari kamis pada setiap minggunya, karena mentauladani sunnah nabi saw, sebagaimana beliau juga sangat bersemangat melakukan puasa sunnah rajab dan sya’ban. Kebanyakan dari kita mungkin merasa asing dalam melakukan ketaatan seperti itu, atau merasa berat melakukannya terutama di saat kondisi zaman seperti ini. Sebagaiman usaha yang dilakukan imam Al-Banna dalam ketaatan juga menadapatkan kesulitan, terutama disaat kondisi yang saat itu dialami; adanya gerakan missionaries, globalisasi dan penjajahan yang telah meluas dan merambah dengan cepat di tengah kehidupan masyarakat Mesir saat itu; sehingga memberikan kontribusi yang besar dalam menjauhkan umat dari Islam apalagi untuk komitmen dengan ibadah dan ketaatan.

Namun imam Al-banna, hidup melawan arus, beliau berada dalam semangat Islam yang tinggi, berpegang dengan ketaatan dan ibadah kepada Allah, sekalipun umat saat itu sedang diliputi arus globalisasi dan pencampakkan jati diri Islam; sehingga mengakibatkan acuhnya umat terhadap Islam dan jauhnya umat –terutama para pemudanya- dari kehidupan beragama, apalagi juga banyaknya bermunculan seruan dan propaganda asing terhadap dunia Islam seperti liberalisme dan komunisme serta gerakan missionaris yang mengajak untuk jauh dari Islam dan berlaku hidup modernis seperti mereka.

Sekalipun demikian imam Al-Banna tetap berpegang teguh dan yakin dengan keislamannya bahkan merasa bangga dengannya. Dan pada saat berdiri Universitas Cairo, dan Dar El-Ulum merupakan salah satu bagian dari kuliah yang ada di dalamnya; yang di dalamnya menghadirkan ilmu-ilmu kontemporer, ditambah juga dengan ilmu-ilmu syariah dan pengetahuan tradisional yang telah masyhur di Universitas Al-Azhar sebelumnya. Dan -pada saat itu pula- Imam Al-Banna mendaftarkan diri untuk kuliah di Dar El-Ulum, walaupun beliau tidak merasa cukup dengan ilmu yang di dapat di kuliah sehingga beliau mencarinya ditempat yang lain sebagai tambahan; seperti beliau selalu hadir mengikuti majlis ilmu pimpinan syaikh Rasyid Ridha, dan beliau sangat terkesan dengan tafsirnya yang terkenal yaitu “Al-Manar”.

Namun hal tersebut tidak menghalangi dirinya mendapatkan nilai yang begitu baik dan cemerlang, sehingga beliau berhasil menamatkan kuliahnya dengan hasil yang gemilang, dan beliau merupakan angkatan pertama kuliah tersebut. Lalu -setelah itu- beliau diangkat sebagai guru pada madrasah ibtidaiyah disalah satu sekolah yang terletak di propinsi Ismailiyah, yaitu pada tahun 1927, dan di kota tersebut Imam Al-Banna muda tidak hanya terpaku pada jati dirinya sebagai guru madrasah ibtidaiyah, namun beliau juga menjadi da’i kepada Allah, yang pada saat itu masjid-masjid disana kosong dari pemuda. Sehigga tidak ada anak-anak muda yang sholat di masjid namun asyik dengan minuman alkohol yang memambukkan. Maka tampaklah beliau sebagai seorang pemuda yang ahli ibadah, taat kepada Allah dan sebagai da’i kepada Allah yang mengajak umat untuk kembali pada Islam yang hanif.

Dan di kota Ismailiyah pula Imam Al-Banna banyak melakukan interaksi dengan lembaga-lembaga Islam dan beliau tampil sebagai da’i dengan berbagai sarana yang dimiliki dan berkeliling ke berbagai tempat dan desa. Beliau pergi sebagai da’i dan membawa kabar gembira tentang agama Islam. Beliau menyeru dan mengajak manusia yang berada tempat-tempat perkumpulan mereka, dan diatara tempat perkumpulan yang sering belaiu datangi adalah café. Disana beliau memberikan kajian keagamaan, terutama pada sore hari ini, sehingga dengan kajian yang beliau sampaikan banyak menarik perhatian sebagian besar masyarakat pengunjung cafe; sehingga menjadikan pemilik café tersebut berlomba-lomba mengundang Imam Al-Banna untuk memberikan kajian sore di café-cefe milik mereka. Dan akhirnya di kota Ismailiyah –dengan taufik dari Allah- dan dengan keberkahan akan juhud dan keikhlasannya, Imam Al-Banna mampu mengeluarkan cahaya dakwah terbesar dan memberikan pengaruh yang sangat besar hingga saat ini. Yaitu berdirinya Gerakan Al-Ikhwan Al-Muslimun yang dipimpin langsung oleh Imam Al-Banna. Padahal saat itu umur beliau masih muda sekali, baru mencapai antara tidak terlalu muda, tidak baya dan juga tidak terlalu tua. Pemuda yang ahli ibadah itulah yang telah mampu mendirikan gerakan dakwah Islam terbesar di dunia saat ini.

Sosok Imam Al-Banna memiliki banyak keistimewaan, sosok yang universal dan seimbang, pemuda aktivis, seorang khatib yang antagonis, memiliki perasaan yang lembut, dan komunikatif dengan semua orang; baik dengan orang awam, petani dan buruh. Beliau juga seorang cendekiawan yang memiliki ilmu, yang mampu berinteraksi dengan para cendekiawan lainnya. Saat berada ditengah umat manusia, banyak yang takjub kepadanya baik dari kalangan cendekiawan, hartawan, awam, petani dan buruh serta yang lainnya. Ini semua sejalan dengan dakwahnya yang didasarkan pada pembentukan umat, dakwah dan individu yang seimbang dalam berbagai sisinya.

Dan Imam Al-Banna juga sangat memiliki karakter yang mampu memberikan pengaruh pada orang yang ada disekitarnya, hal ini kembali pada pondasi yang beliau miliki yaitu kedekatan diri kepada Allah -Kita berharap demikian dan kita tidak merasa paling suci kecuali hanya Allah-. Dan kita temukan bahwa dakwah Al-Ikhwan –dan Al-Ikhwan itu sendiri- telah terpengaruh dengan sosok imam Al-Banna; karakternya yang baik, ikhlas dan taat kepada Allah, yang kesemuanya bersumber pada cahaya kenabian. Sebagaimana beliau juga memiliki sosok yang mumpuni dan lemah lembut, selalu perhatian dan menolong orang-orang yang mazhlum, dan dalam sejarahnya telah banyak disaksikan bahwa usaha dan kerja al-ikhwan di berbagai tempat, daerah dan negara selalu membela hak-hak umat Islam yang terampas.

Oleh karena itulah bagi kita dapat mengambil ibrah dari perjalanan sosok pemuda yang berhimpun di dalamnya jiwa yang memiliki nilai-nilai mulia dan agung, bagaimana jiwa tersebut dapat mampu membangun generasi yang islami, tidak menyimpang dari jalan Allah dan menepati dan menunaikan amanah yang diembannya dengan optimal dan baik, sekalipun kondisi, ujian dan cobaan yang dihadapi selalu datang silih berganti dalam rangka berpegang teguh pada jalan Allah dan agama Islam serta dalam usaha meninggikan kalimat (agama) Allah dan mentauladani sirah nabi saw.

Sumber: www.ikhwanonline.com


-

Dunia Islam khususnya di Mesir pada sekitar pertengahan abad dua puluh mempunyai tokoh kharismatis yang memperjuangkan Islam melalui sebuah tradisi penegakkan Islam melalui keluarga (al-usrah). Kelompok-kelompok usroh inilah yang dikenal dengan nama gerakan ikhwanul Muslimin, sedangkan tokohnya adalah Hasan Al-Banna. Gerakan ini menekankan pada aspek penegakkan syariat Islam dengan penuh keyakinan dan keikhlasan dibandingkan pada perkembangan pemikiran Islam modern.

Ketika Ikhwanul Muslimin didirikan tahun 1928, pada saat itu Hasan Al-Bana baru berusia 22 tahun yang bekerja sebagai seorang guru. Gerakan ini merupakan gerakan paling berpengaruh pada abad dua puluh yang mengarahkan kembali masyarakat Muslim ke tatanan Islam Murni. Hasan Al-Banna dalam gerakannya untuk mengubah mode intelektual elite menjadi gejala popular yang kuat pengaruhnya pada interaksi antara agama dan politik, bukan saja di Mesir, namun juga di dunia Arab dan Muslim.

Hasan Al-Banna merupakan tokoh kharismatis yang begitu dicintai oleh pengikutnya. Cara memimpin jamaahnya bagai seorang syaikh sufi memimpin tarekatnya. Banna dalam segi gerakan sangat memperhatikan fungsi setiap komponen organisasi. Unit terkecil yakni usrah (keluarga) menurutnya memiliki tiga tiang. Yang pertama adalah saling kenal, yang akan menjamin persatuan. Kedua, anggota usroh harus saling memahami satu sama lain, dengan saling menasehati. Dan yang ketiga adalah memperlihatkan solidaritas dengan saling membantu. Bagi Hasan Al-Banna al-usroh merupakan mikrokosmos masyarakat Muslim ideal, di mana sikap orang beriman terhadap satu sama lain seperti saudara, dan sama-sama berupaya meningkatkan segi religius, sosial, dan kultural kehidupan mereka.

Pemikiran Hasan Al-Bana ini tidak terlepas dari kehidupan masa kecilnya. Banna dibesarkan di kota delta Mesir, Mahmudiah. Ayahnya, selain tukang reparasi jam, yang juga ulama. Pada umumnya masyarakat Mesir, Banna mengikuti jejak ayahnya. Banna belajar mereparasi jam, dan mendapat pendidikan agama dasar. Ketika berumur dua belas tahun ia masuk sekolah dasar negeri. Pada saat itu juga ia mengikuti kelompok Islam, Himpunan Perilaku Bermoral. Yang menekankan kewajiban kepada anggotanya untuk mengikuti Islam dengan seksama dan menjatuhkan hukum kepada yang melanggar. Banna pada saat itu juga mengikuti Himpunan Pencegah Kemungkaran yang menekankan agar menjalankan ritual dan moralitas Islam sepenuhnya, dan mengirimkan surat ancaman kepada yang ketahuan melanggar standar Islam. Dan pada usia tiga belas tahun ia mengikuti tarekat sufi Hasafiyah, yang kemudian banyak mempengaruhi dirinya.

Pada 1923 Banna pergi ke Kairo, untuk masuk Dar Al-‘Ulum sekolah tinggi guru Mesir. Selama lima tahun di kota ini ia langsung mengalami westernisasi kultural Mesir, yang bagi dia merupakan ateisme dan ketakbermoralan. Banna juga memprihatinkan melihat usaha Mustafa Kemal Ataturk untuk menghapus kekhalifahan dan program Kemal untuk mensekularkan Turki. Gerakan di Mesir yang mendirikan universitas negeri sekular pada 1925, menurut Banna merupakan langkah pertama meniru Turki mencampakkan Islam. Dia juga memandang dengan prihatin banjir artikel koran dan buku yang mempromosikan nilai sekular Barat.

Hal inilah yang membuat Banna prihatin. Untuk mewujudkan visi Islam sejati dan meluncurkan perjuangan melawan dominasi asing, ia mendirikan Ikwanul Muslimin pada bulan Maret 1928. Seiring dengan perkembangan Ikhwanul Muslimin yang pesat, Banna mengembangkan struktur administrasi yang memungkinkan Banna memegang kendali kuat. Selama sepuluh tahun berikutnya, Ikhwan menerbitkan persnya sendiri, berkalanya sendiri dan program budayanya sendiri.

Kian besarnya organisasi ini membawa Banna terlibat dalam politik nasional. Pada 1936, Banna menulis surat kepada raja, perdana menteri, dan penguasa Arab lainnya, agar mempromosikan tatanan Islam. Kemudian Hasan Al-Banna juga menyerukan untuk membubarkan partai-partai politik di Mesir, karena partai-partai itu korupsi dan berdampak memecah-belah negara. Setelah perang, Ikhwan berperan penting dalam kampanye yang dilancarkan berbagai kelompok di Mesir menentang pendudukan Inggeris. Pada Desember 1948, seorang anggota Ikhwan membunuh perdana menteri. Pihak berwenang Mesir menyerang balik : beberapa anggota polisi rahasia membunuh Hasan Al-Banna pada 12 Februari 1949.

Hasan Al-Banna dengan segala kegigihannya telah berjuang untuk menegakkan tatanan Islam. Hasan Al-Bana merupakan figur yang dengan keikhlasannya telah memperjuangkan nilai-nilai Islam. Usahanya yang tak kenal lelah dalam membangun masyarakat muslim yang berawal keluarga dapat menjadi contoh kita membuat gerakan dakwah melalui tatanan sosial yang paling kecil itu.



http://www.eramuslim.com/manhaj-dakwah/gerakan-masa-depan/fis-aljazair-sebuah-pembelajaran-untuk-partai-islam-di-dunia.htm

FIS Aljazair: Sebuah Pembelajaran Untuk Partai Islam di Dunia

Selasa, 25/08/2009 09:03 WIB

Usianya pendek, namun akan dikenang sebagai sebuah gerakan Islam yang bisa diterima oleh rakyat karena konsisten menjadi partai Islam. Diberangus oleh penguasa.

Penulis: Fathuddin Jafar, MA

Usianya pendek. Namun, akan dikenang sebagai sebuah gerakan Islam yang bisa diterima oleh rakyat. Karena, ia konsisten untuk menjadi partai Islam. Perkembangan dan sejarahnya dimatikan oleh penguasa.

Pada dekade akhir 80-an dan awal 90-an, hampir semua penggerak dakwah Islam mengenali FIS. FIS atau Front Islamic du Salut atau dalam bahasa Indonesia Front Keselamatan Islam adalah sebuah partai politik di Aljazair berideologi Islam.

Sampai tahun 1988, di Ajazair hanya ada satu partai politik yaitu FLN. Namun ketika meletus penentangan terhadap pemerintah dan FLN, presiden Aljazair ketika itu, Chadli Bendjedid (sekaligus merangkap sebagai sekjen FLN), terpaksa mengizinkan pendirian berbagai parpol baru.

Satu tahun kemudian, berdirilah FIS. FIS didirikan di atas kesadaran masyarakat Aljazair yang beragama Islam. Bertahun-tahun masyarakat Muslim Aljazair kecewa terhadap pemerintahnya yang sekuler, karena negaranya tidak mengalami kemajuan. Juga selain itu, pemerintah Aljazair tidak mengakomodasi kepentingan umat Islam.

Benjedid sendiri memerintah sejak tahun 1978, meneruskan kepemimpinan Boumedienne yang jahil (sekuler). Boumedienne sendiri berkuasa karena menggulingkan presiden Bella pada tahun 1962. Otomatis, sejak tahun 1988 itu, bermunculanlah parpol-parpol di Aljazair. Namun, kemudian hanya FIS yang menyeruak ke permukaan dan meraih simpati masyarakat. Apa pasal? Ini karena sejak awal FIS konsisten berjuang dengan program-program dan asas Islam.

Masyarakat Aljazair yang sudah lama hidup dalam belenggu dan suasana sekuler, tidak disangka-sangka lebih memilih FIS. Walaupun rakyat mayoritas beragama Islam, namun kehidupan dan cara-cara masyarakat Aljazair hampir tidak beda dengan masyarakat Prancis atau Eropa, hingga kecenderungan mereka terhadap FIS pun mengherankan banyak pihak. Sekalipun, soal urusan hidup hedonis, tapi untuk urusan pemerintahan, tampaknya rakyat Aljazair lebih percaya pada konsep Islam.

FIS pun meresponnya dengan baik, yaitu dengan tidak tertarik akan ide “berpura-pura” menjadi sekuler, seperti menjadi partai terbuka atau nasionalis untuk menarik simpati masyarakat. Mereka tetap konsisten dengan nilai dan prinsip Islam, baik di dalam partai ataupun sikap keluar (eksternal) terhadap partai atau golongan serta pemerintah.

Pada pemilu 1991, artinya hanya dua tahun sejak berdirinya FIS, partai ini meraih 54% suara dan mendapat 188 kursi di parlemen atau menguasai 81% kursi. Suatu pencapaian yang fantastis! Pada pemilu putaran kedua, FIS dinyatakan menang telak.

Hasilnya pada pemilu putaran pertama 20 Juni 1991, FIS memenangkan 54% suara dan mendapat 188 (81%) kursi di parlemen. Umat Islam Aljazair menyambut gembira Kemenangan FIS ini disambut gembira oleh rakyat Aljazair.

Namun tidak dengan Benjedid. Presiden yang kemudian mengundurkan diri ini setelah kekalahan partainya segera berkonsolidasi dengan pihak-pihak yang tak ingin Islam tampil dan FIS berkuasa. Maka Benjedid pun menggalang kekuatan militer. Militer, dengan kekuasaannya dan semena-mena, membubarkan parlemen Aljazair serta membatalkan hasil pemilu.

Mohammed Boudiaf, mewakili militer, segera mendirikan Dewan Tinggi Negara, dan kemudian bertindak sebagai pemerintahan interim. Ia, entah dengan dasar apa, mengumumkan bahwa Aljazair berada dalam keadaan darurat.

Boudiaf menjadi penguasa baru di Aljazair. Ia merekayasa semua cara untuk memberangus FIS dan menyatakannya sebagai partai politik terlarang. Ribuan anggota dan pendukung FIS ditangkap dan dijebloskan ke penjara, dan tak jarang dibunuh. Pemimpin FIS Abassi Madani dan Ali Belhadj dipenjarakan. Boudiaf sendiri tewas di tangan Letnan Mohammed Bumaaraf yang berusia 26 tahun. Sejarah terulang, Aljazair tidak pernah lepas dari pemberontakan dan pembunuhan. Ini berbeda jika saja FIS memerintah, karena walaupun mengusung ideologi Islam, FIS tak sekalipun merugikan kepentingan golongan lain.

Kini Aljazair diperintah oleh Abdul Aziz Boetuflika yang juga sekular. FIS sudah tidak tahu lagi kemana di negara ini. Namun pelajaran besar dari FIS adalah jangan pernah menanggalkan identitas sebagai partai Islam walaupun di tengah masyarakat yang sekuler.

Karena, bagaimanapun jahiliyahnya umat Islam di sebuah negara, jauh di lubuk hatinya mereka menginginkan sebuah partai Islam yang benar-benar Islam. Bukan partai Islam 'gadungan' dan dipimpin para pecundang politik, yang bertindak-tanduk hampir tidak ada bedanya dengan partai sekuler, yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan dan berkomplot dengan penguasa sekuler.

Meskipun, akhirnya FIS dibubarkan oleh penguasa militer Aljazair, tapi itu jauh lebih terhormat daripada mengekor kepada kekuasaan sekuler.(sa/berbagaisumber)

Pemerintahan Baru: Lanjutkan Neoliberalisme [Al-Islam 477] Kabinet 2009-2014 baru saja diumumkan. Sebagian pihak menilai susunan kabinet baru ini sud

Pemerintahan Baru: Lanjutkan Neoliberalisme

[Al-Islam 477] Kabinet 2009-2014 baru saja diumumkan. Sebagian pihak menilai susunan kabinet baru ini sudah tepat karena telah mencerminkan kerterwakilan kelompok politik yang disandingkan dengan pelibatan orang-orang profesional.

Namun sejumlah pihak menilai penyusunan kabinet yang diawali dengan pentas audisi calon menteri itu justru menjadi semacam antiklimaks dari harapan masyarakat akan pemerintahan profesional yang berpihak kepada rakyat dan semangat yang selama ini didengungkan.

Perlu diingat, dalam kampanye, pasangan presiden terpilih menjanjikan pengentasan kemiskinan melalui dua jalur. Pertama: meningkatkan ekonomi yang meliputi pertumbuhan, sektor riil, investasi, revitaliasasi pertanian dan ekonomi pedesaaan. Kedua: intervensi Pemerintah melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, dan mendorong usaha mikro.

Pasangan SBY-Boediono juga berjanji akan meningkatkan pertumbuhan hingga 7%, pengangguran menurun 5-6%, stabilitas harga dijaga, Kredit Usaha Rakyat (KUR) terus dijaga, disamping janji-janji lainnya. Janji-jani itulah yang membentuk besarnya harapan rakyat yang digantungkan kepada keduanya. Untuk memenuhi janji itu, langkah pertama dan menentukan adalah memilih para menteri yang bisa mewujudkannya.

Masarakat mengharapkan kabinet lebih banyak dari kalangan profesional sebagai bentuk keinginan kuat masyarakat agar ada perubahan dalam kinerja Pemerintah. Kabinet yang banyak diisi dari kalangan partai dianggap kurang berhasil dalam menjalankan amanat pemerintahan. Rakyat ingin ada perbaikan dari berbagai bidang seperti masalah kemiskinan, pengangguran serta pendidikan. Menteri dari kalangan partai dinilai akan banyak dipengaruhi oleh kepentingan politik dan partai.

Namun rakyat yang mengharapkan kabinet lebih banyak diisi kalangan profesional dan memiliki pengalaman di bidangnya itu, akhirnya harus gigit jari dan melipat kembali harapan itu. Rakyat dipaksa menerima para menteri khususnya bidang ekonomi, terutama pos yang berkait langsung dengan sektor riil, dari hasil kompromi politik. Faktor lobi dan kepentingan partai politik ternyata masih lebih kental. Harapan publik akan adanya kabinet yang profesional masih sebatas janji.

Lebih dari itu agaknya masyarakat juga harus sudah bersiap untuk kembali menelan kekecewaan akan harapan pemenuhan janji pengentasan kemiskinan dan perbakan kesejahteraan masyarakat luas. Pasalnya kabinet yang baru ini tetap kental dengan corak neoliberalisme. Hal itu terlihat dari komosisi kabinet yang masih diisi oleh orang-orang yang dikenal sebagai bagian neolib dan bahkan menduduki posisi kunci. Padahal neo liberalisme yang berpangkal pada ideologi kapitalisme itu justru menjadi pangkal dari masalah kemiskinan dan masalah kesejahteraan hidup yang mendera masyarakat.

Tetap bertahannya orang-orang neolib di kabinet itu memang sudah diprediksi sebelumnya, mengingat rekam jejak pasangan presiden-wapres selama ini. Prediksi itu akhirnya diperteguh dengan susunan kabinet yang baru diumumkan ini. Akhirnya jargon ekonomi kerakyatan yang diusung selama kampanye tinggal sebatas jargon. Faktanya, ke depan agenda ekonomi neo liberalisme akan terus berlanjut.

Perlu diketahui, setidaknya ada delapan agenda utama liberalisasi atau kini menjadi neoliberalisasi. Pertama: mendorong pasar bebas (free market). Kedua: privatisasi dengan melakukan penjualan BUMN. Ketiga: membuat deregulasi, yakni menghilangkan aturan yang membatasi perusahaan; misalnya peraturan perusahaan asing yang dilarang mendirikan pom bensin di Indonesia kini sudah dicabut. Keempat: liberalisasi dengan membuka pasar dan menghilangkan penghalang, seperti pajak yang membatasi ekspor dan impor. Kelima: pengurangan peran Pemerintah dalam pembangunan. Keenam: pengurangan pajak bagi kalangan menengah ke atas. Ketujuh: memotong pelayanan publik, seperti menyerahkan perusahaan air minum kepada swasta; privatisasi pendidikan, rumah sakit, dan sebagainya. Kedelapan: mengurangi segala bentuk subsidi barang seperti BBM, air, listrik, pangan, dsb.

Meski banyak wajah baru di dalam kabinet termasuk di dalam tim ekonomi, namun bukan berarti pemerintahan ke depan akan menjadi lebih pro rakyat dan meninggalkan agenda neoliberalisme. Karena kalaupun diasumsikan orang baru itu bukan penganut neolib –meski faktanya tidak demikian-, kerangka sistem ekonomi neo liberal itu telah dibangun melalui berbagai perundang-undangan yang dibuat. Begitu pula strukturnya juga sudah dibangun melalui sejumlah kebijakan yang diambil selama ini. Sejumlah undang-undang dan kebijakan yang ada begitu kental dengan aroma neoliberalisme, seperti UU SDA, UU Minerba, UU Penanaman Modal, UU Ketenagalistrikan, UU Migas, UU Sisdiknas, UU Kesehatan, UU tentang rumah sakit, kebijakan perpajakan, Peraturan Presiden No.111/2007 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No.77/2007 tentang Daftar bidang Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Permodalan, dsb.

Maka meski orang-orangnya banyak yang baru namun mereka hanya akan berjalan dalam kerangka sistem yang sudah dibentuk dan nantinya akan disempurnakan yaitu sistem neoliberalisme. Maka bisa dikatakan meski orangnya baru tapi rezimnya tetap rezim lama yaitu rezim neoliberalisme yang tidak pro rakyat.

Hal itu sudah bisa dilihat dari sejak sekarang. Dalam APBN 2010 yang sudah disahkan DPR pada 30 September lalu, yang disusun oleh orang-orang yang sekarang juga masih duduk di dalam kabinet, anggaran untuk BLT ternyata tidak ada, padahal program BLT dibanggakan dalam kampanye dan dijanjikan akan berlanjut. Subsidi obat generik yang pada APBN-P 2009 besarnya 350 miliar, pada APBN 2010 dihapus. Subsidi pangan dianggarkan 11,4 triliun menurun dari Rp 12,987 triliun pada APBN-P 2009. Jumlah itu diprediksi hanya cukup untuk melaksanakan program raskin 15 kg per bulan bagi 17,5 juta rumah tangga sasaran (RTS) selama 10 bulan. Subsidi pupuk yang di APBN-P 2009 sebesar 18,43 triliun dipangkas 7,13 triliun atau 38,68 % menjadi 11,3 triliun. Meskipun subsidi benih memang naik dari 1,315 triliun (APBN-P 2009) menjadi 1,6 triliun. Semua pengurangan subsidi itu adalah ciri khas agenda neolib. Ironisnya semua subsidi yang dipangkas itu sangat berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat miskin dan petani. Maka di mana janji pengentasan kemiskinan yang digembar-gemborkan selama kampanye?

Penderitaan itu masih ditambah lagi dengan pengurangan subsidi listrik dari 47,546 triliun (APBN-P 2009) menjadi 37,8 triliun. Dengan berkurangnya subsidi itu maka pemerintah hampir bisa dipastikan akan menaikkan TDL listrik pada 2010 mendatang. Ironisnya subsidi pajak ditanggung pemerintah (DTP) ditetapkan sebesar 16,9 triliun. Padahal selama ini fasilitas fiskal itu lebih banyak dinikmati oleh para pengusaha. Ironis, subsidi untuk rakyat kecil dan miskin dipangkas, sementara subsidi untuk orang kaya begitu besar.

Agenda-agenda neolib lainnya juga akan tetap berlanjut, seperti penjualan BUMN. Program privatiasasi BUMN yang “gagal” pada tahun 2009, bisa dipastikan akan dilanjutkan. Saat ini saja, pemerintah tengah bersiap-siap akan melego Pertamina.

Semua itu menjadi bukti bahwa pemerintahan baru ini hanyalah akan melanjutkan atau bahkan menyempurnakan agenda-agenda neoliberalisme. Ujung-ujungnya akan menyebabkan kesengsaraan rakyat banyak.

Selama ideologi kapitalisme neoliberalisme tetap dianut di negeri ini maka pergantian pemimpin dan kabinet tidak akan memberikan perubahan mendasar dalam kehidupan masyarakat. Yang berganti hanya orangnya saja sedangkan ideologi dan sistemnya tidak pernah berubah. Selama ideologi dan sistemnya tidak berubah maka perubahan mendasar dan perbaikan kehidupan masyarakat secara merata tidak akan terwujud. Karena secara ideologi, kapitalisme dan turunannya neo liberalisme memang tidak pro rakyat, melainkan pro kapitalis. Apa yang terjadi selama ini di negeri ini adalah buktinya. Masihkah kita memerlukan bukti yang lebih banyak lagi?

Wahai Kaum Muslim

Pemerintahan yang pro kepada rakyat dan memperjuangkan kemaslahatan rakyat hanya bisa diwujudkan dalam sistem Islam. Islam telah menggariskan bahwa pemimpin suatu kaum adalah pelayan kaum itu, bukan majikan. Artinya tugas pemimpin adalah melayani rakyatnya. Islam juga menegaskan dalam sabda Nabi saw:

«اَلإِِْمَامُ رَاعٍ فَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ»

Seorang imam (pemimpin) pengatur dan pemeliharan urusan rakyatnya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya (HR. Bukhari dan Muslim)

Jadi Nabi saw menegaskan bahwa tugas pemimpin adalah senantiasa memperhatikan urusan dan kemaslahatan rakyat, bukan pemodal dan para kapitalis, layaknya penggembala memperhatikan gembalaannya. Artinya tugas pemimpin adalah merealisasi apapun yang mendatangkan kemaslahatan dan kebaikan bagi rakyat dan mencegah serta menghilangkan apapun yang bisa memudaratkan, membahayakan, menyusahkan dan menyengsarakan rakyat.

Untuk menjamin terealisasinya tugas itu, maka Islam mendatangkan sistem yaitu sistem Islam yang Allah jamin akan mendatangkan kehidupan. Allah SWT berfirman:

]يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ[

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (QS al-Anfâl [8]: 24)

Imam Ibn Katsir di dalam Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm, menyatakan bahwa yang dimaksud “yang memberi kehidupan kepada kamu” adalah yushlihukum (yang menjadikan kamu baik). Sementara itu, yang diserukan oleh Allah dan Rasul-Nya tak lain adalah Islam. Jadi ini adalah jaminan Allah SWT, Zat Mahaadil Yang Tidak Akan Mengingkari JanjiNya, bahwa sistem Islam lah yang akan memberikan kehidupan, yaitu mendatangkan kebaikan bagi umat manusia. Tentu saja kebaikan itu hanya akan bisa diraih jika syariah Islam itu diterapkan oleh pemimpin yang saleh, dalam bingkai sistem Islam di bawah naungan Khilafah Islamiyah. Yaitu sistem pemerintahan yang diwariskan oleh Rasulullah saw dan dipelihara oleh para sahabat dan generasi Islam dahulu. Sistem inilah yang telah terbukti mampu mendatangkan kemakmuran, kemuliaan, dan ketinggian bagi kaum Muslim khususnya, dan umat manusia pada umumnya, selama berabad-abad.

Wahai Kaum Muslim

Jika kita rindu dengan kehidupan mulia dan sejahtera, maka tidak ada jalan lain kecuali kita segera mewujudkan pemimpin yang menerapkan syariah Islam yang berasal dari Allah yang Maha Bijaksana dalam bingkai Khilafah Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian. WaLlâh a’lam bi ash-shawâb.[]

KOMENTAR:

Pelantikan Presiden RI 2009 – 2014: Menuju Kemakmuran Indonesia (Republika, 20/10/09)

Kapitalisme melahirkan kemakmuran hanya bagi segelintir orang. Islam memberikan kemakmuran kepada semua orang.

Yahudi dan akhir Zaman menurut Al Quran dan Al kitab

SAMPAI hari ini, korban tewas pembantaian warga Muslim di Jalur Gaza hampir mencapai 1000 orang. Sedang korban luka hampir 4000 orang. Meski semua orang menangis dan mengecam, Zionis-Israel, dengan dukungan Amerika tak bertindak apa-apa. Janganlah berharap Amerika memberi sanksi. Bahkan sekedar mengecam saja, tak akan dilakukan. Bandingkanlah, andai kata yang melakukan ini adalah kaum Muslim. Mungkin, semua pesawat tempur dan pasukan Amerika sudah langsung menyerbu. Lihat kasus invasi Iraq dan Afghanistan.

Pengabaian dunia terhadap pembantaian massal (genosida) yang secara terang-terangan ini adalah sebuah pemandangan paling memuakkan dan memalukan. Bahkan, Shlomo Ben Ami, mantan Menlu Israel dalam artikel di Jakarta Post (entah apa maksud koran ini yang justru memberi fasilitas suara penjajah ketika itu) justru seolah melegalkan aksi-aksi pembantaian dan pembunuhan massal yang dilakuan Israel tersebut.

Pertanyaannya, mengapa semua ini terjadi? Mengapa Amerika dan dunia Barat yang selama ini paling sering menjadikan HAM dan demokrasi tiba-tiba menelan ludah mereka sendiri ketika Israel melawan nilai-nilai HAM dan demokrasi?

Mengapa ini bisa terjadi? Mengapa di zaman terbuka --dimana masyarakat—senantiasa berharap menghargai pandangan dan nilai-nilai kemanusiaan, justru ada kaum bernama Yahudi-Israel paling sering melanggarnya?

Sebelum menjawab itu, ada baiknya kita memahami dulu karakter bangsa Yahudi (Israel). Mengapa bangsa yang kecil ini tiba-tiba begitu beringas dan sering tidak mematuhi kesepakatan dan nilai-nilai bersama. Secara umum, sejarahnya amat panjang. Hampir semua catatan sejarah –terutama— Al-Kitab dan Al-Quran menjelaskan perjalannya dengan rinci dan detil.

Kita ketahui dari firman Allah swt:

"Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israel dalam Kitab itu: Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali, dan pasti kamu akan meyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” [QS. al-Isra’: 4]

Kerusakan pertama telah terjadi dan Yahudi pun dikutuk hingga tak memiliki tanah air sampai akhirnya mencaplok bumi suci Palestina sebagai bagian dari skenario langit untuk membasmi bangsa babi dan monyet itu secara keseluruhan akibat kesombongan mereka. Hal itu telah diisyaratkan dalam firman-Nya:

“Dan Kami berfirman sesudah itu kepada bani Israil: Tinggallah di muka bumi, maka apabila datang janji terakhir niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur”. [QS. al–Isra’: 104]

Kebiadaban Israel yang Cuma berjumlah 7 jutaan jiwa itu memang menjadi pertanda akan segera berakhirnya zaman ini. Bayangkan, jumlah umat Islam se dunia 1,5 milyaran, namun tak sanggup menghentikan kebrutalan Israel di Palestina. Bahkan kita melihat dengan mata kepala sendiri lewat televisi bagaimana Israel dengan pongahnya memborbardir Gaza, seolah kita membiarkan Israel membantai muslim Palestina. Tak berkutik sedikit pun, kecuali demo dan bantuan kemanusiaan. Padahal yang dibutuhkan adalah bahasa besi sebagaimana bahasa itu digunakan Israel menjajah Palestina. Bukan bahasa diplomasi lagi. Bahasa itu sudah usang. Suka atau tidak, peperangan total melawan Israel akan terjadi sebagai episode akhir zaman.

"Kiamat tidak akan terjadi sebelum kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi. Mereka akan diperangi kaum Muslimin, sehingga orang-orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Maka berkatalah batu dan pohon tersebut: Wahai orang Islam, wahai hamba Allah, ini ada orang Yahudi bersembunyi di belakangku, kemarilah, bunuhlah dia! Kecuali pohon gharqad, karena pohon itu adalah pohon Yahudi”. (HR.Bukhori- Muslim)

Fakta Kebiadaban Yahudi

Mari kita buktikan kebiadaban Yahudi sepanjang sejarah kemanusiaan yang diketahui dan terdokumentasi secara akurat, seperti dalam Al-Quran, hadits, manuskrip, maupun catatan sejarah dunia. Kejahatan yahudi dimulai sejak 12 keturunan Nabi Ya’kub dari sejumlah istri mencelakai Yusuf. Ke-12 anak Ya’kub as adalah Ru’bin, Syam’un, Yusakir, Zabulun, Dan, Nafqali, Jamid, ‘Askir, Yusuf, Benyamin, Yahuda, dan Lawi. Kemudian ke-12 keturunan tersebut berkembang menjadi 12 suku sampai hari ini. Makar jahat mereka yang pertama terjadi pada zaman Nabi Ya’qub as. Mereka berkeinginan menyingkirkan saudaranya sendiri, Yusuf as yang berakhlaq mulia supaya mereka lebih dicintai bapaknya. (QS.Yusuf: 7-18)

Kejahatan paling mengerikan adalah kegemaran mereka membunuh para Nabi dan Rasul. Mereka telah membunuh Nabi Yahya as secara kejam yaitu memenggal lehernya dan kepalanya diletakkan di nampan emas. Nabi Zakaria as juga dibunuh secara keji, yaitu dengan digergaji tubuhnya. Kedua pembunuhan ini terjadi pada masa pemerintahan raja Herodes. Mereka juga gemar membunuh orang-orang sholeh lainnya.

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar, dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka dengan siksa yang pedih“. [QS. Ali Imran: 21]

Nabi Isa as. pun tidak luput dari rencana busuk mereka untuk membunuhnya, akan tetapi Allah SWT menyelamatkannya.

“Dan karena ucapan mereka: Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih Isa ibnu Maryam Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh dan salib itu ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan Isa) benar-benar dalam keraguan tentang (yang dibunuh) itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak yakin bahwa yang mereka bunuh itu Isa”. [QS. An-Nisa’: 157]

Kejahatan raja Zu Nuwas adalah seorang raja Yahudi Najran di Yaman yang sangat fanatik, tidak ingin ada agama lain di daerah kekuasaannya. Alkisah ada sekelompok pengikut Nabi Isa as yang setia (Nasrani), ketahuan oleh mata-mata kerajaan. Lalu mereka dipaksa murtad dan masuk Yahudi, siapa tidak mau akan dibakar hidup-hidup. Raja Zu Nuwas memerintahkan pasukannya untuk menggali parit dan menyiapkan kayu dan bahan bakar, yang akan digunakan untuk membakar umat Nasrani pengikut Nabi Isa as yang setia dan tidak mau murtad. Kejadian ini dikisahkan di dalam Al-Qur’an:

“Binasalah orang-orang yang membuat parit, yang berapi dinyalakan dengan kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu, melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah SWT Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. [QS. al-Buruj: 4 – 8].

Di Romawi pada masa kaisar Markus Urulius, seorang rabbi Yahudi berhasil menghasutnya untuk memusuhi agama Nasrani dan pemeluknya. Akhirnya dibuatlah keputusan untuk membunuh semua prajurit yang beragama Nasrani. Hasutan rabbi Yahudi tersebut dilanjutkan dengan menakut-nakuti kaisar, bahwa orang-orang Nasrani mengidap penyakit menular yang membahayakan rakyat. Oleh karena itu kaisar mengeluarkan perintah untuk membunuh semua penduduk Roma yang beragama Nasrani.

Puncak kejahatan Yahudi pada episode pertama terjadi pada masa Rasulullah saw di Madinah. Sebagaimana diketahui bahwa Nabi saw sebagai penguasa Madinah melakukan perjanjian damai kepada tiga suku Yahudi, yakni Bani Nadhir, Bani Qainuqa, dan Bani Quraizhah. Akhirnya ketiganya diusir dari Madinah karena melakukan pengkhianatan sebagaimana sudah menjadi kebiasaan mereka mengkhianati semua perjanjian dengan manusia sampai hari ini. Kejahatan mereka direkam dalam sejarah Islam.

Yahudi Bani Qainuqa' adalah Yahudi pertama yang mengingkari janjinya dengan Rasulullah, pemicunya adalah diganggunya wanita muslimah yang datang ke pasar mereka. Ia duduk di depan salah seorang pengrajin perhiasaan, mereka merayunya agar membuka cadar yang dipakainya namun ia menolak. Lalu si pengrajin menarik ujung baju si wanita dan mengikatkannya ke punggung wanita tadi, ketika berdiri terbukalah auratnya, lalu mereka menertawakannya. Sang wanita pun berteriak minta tolong. Seorang lelaki muslim mendengar lalu menerjang si pengrajin dan membunuhnya. Melihat kejadian itu orang-orang Yahudi mengerumuninya, dan beramai-ramai membunuh lelaki muslim tersebut. Mendengar berita kematian lelaki itu, maka keluarganya yang muslim menuntut pertanggungjawaban orang-orang Yahudi. Maka Rasulullah datang bersama para sahabat mengepung mereka selama 15 malam. Atas perintah beliau mereka diberi hukuman untuk meninggalkan Madinah.

Yahudi Bani Nadhir melakukan pengkhianatan yang kedua. Suatu saat Rasulullah pergi ke perkampungan Yahudi bani Nadhir untuk meminta bantuan mereka atas diyat (denda) dua orang muslim yang terbunuh dari Bani Amir, yang melakukan pembunuhan adalah Amr bin Umayyah Ad-Dhimari. Permintaan itu diajukan karena sudah adanya ikatan perjanjian persahabatan antara Rasulullah dengan mereka. Ketika beliau datang mengutarakan maksud kedatangannya, mereka berkata: “Baik wahai Abu Qasim! kami akan membantumu dengan apa yang engkau inginkan.” Pada saat Rasulullah duduk bersandar di dinding rumah mereka, kemudian mereka saling berbisik, kata mereka: “Kalian tidak pernah mendapati lelaki itu dalam keadaan seperti sekarang ini, ini kesempatan buat kita. Karena itu hendaklah salah seorang dari kita naik ke atas rumah dan menjatuhkan batu karang ke arahnya”, dan untuk tugas ini diserahkan kepada Amr bin Jahsy bin Ka’ab. Lantas ia naik ke atas rumah guna melaksanakan
rencana pembunuhan ini, tetapi Allah melindungi Rasul-Nya dari makar orang-orang Yahudi tersebut dengan mengirimkan berita lewat Malaikat Jibril tentang rencana jahat itu. Kemudian Rasulullah bergegas pulang ke Madinah, dan memberitahukan kepada para sahabatnya tentang usaha makar tersebut. Beliau memerintahkan para sahabatnya untuk bersiap-siap pergi memerangi mereka. Ketika orang Yahudi Bani Nadhir mengetahui kedatangan pasukan Rasulullah, mereka cepat pergi berlindung di balik benteng. Pasukan Islam mengepung perkampungan mereka selama 6 malam, beliau memerintahkan untuk menebang pohon kurma mereka dan membakarnya. Kemudian Allah memasukkan rasa gentar dan takut di hati mereka, sehingga mereka memohon izin kepada Rasulullah untuk keluar dari Madinah dan mengampuni nyawa mereka. Mereka juga meminta izin untuk membawa harta seberat yang mampu dipikul unta-unta mereka kecuali persenjataan, dan Rasulullah pun mengizinkannya.

“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran kali yang pertama. Kami tiada menyangka bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari siksaan Allah, maka Allah mendatangkan kepada mereka hukuman dari arah yang mereka tidak sangka. Dan Allah menancapkan ketakutan di dalam hati mereka, dan memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang beriman. Maka ambillah kejadian itu untuk menjadi pelajaran wahai orang yang mempunyai pandangan”. [QS. al-Hasyr: 2]

Yahudi Bani Quraizhah melakukan pengkhianatan yang ketiga, Yahudi Bani Nadhir yang telah terusir karena kesalahan mereka sendiri terus mendendam. Bersama Yahudi Quraizhah memilih beberapa tokohnya yaitu Salam bin Abi Haqiq, Hayyi bin Akhthab dan Kinanah bin Abi Haqiq pergi bersama menghasut orang-orang Quraisy, Ghathafan dan beberapa suku musyrik besar lainnya. Mereka berkonspirasi untuk membentuk pasukan Koalisi (al-Ahzab), antara pasukan musyrik dan pasukan Yahudi. Akhirnya terbentuklah pasukan Koalisi (al-Ahzab); Suku Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan ibnu Harb, suku Gathafan di bawah pimpinan Uyainah ibnu Hushn, suku bani Murrah di bawah pimpinan Harits ibnu Auf dan suku-suku yang lain, sementara pasukan Yahudi bani Quraizhah akan menusuk dari belakang. Peperangan Al-Ahzab itu betul-betul mambuat khawatir dan sesak dada kaum muslimin yang terkepung, apalagi tingkah golongan munafiqin yang membuat goyah pasukan Islam. Berkat kesabaran kaum
muslimin, maka Allah SWT mengirim pasukan Malaikat dengan mendatangkan serangan berupa angin taufan dan guntur yang memporak-porandakan pasukan koalisi (Al-Ahzab). Mereka kocar-kacir, dan pulang ke tempat masing-masing dengan membawa kekalahan. Tinggallah Yahudi Bani Quraizhah, lalu Rasulullah SAW mengumumkan kepada pasukan Islam: Bagi mereka yang mau mendengar dan taat agar jangan shalat ashar kecuali di wilayah perkampungan Bani Quraizhah. Kaum muslimin langsung bergerak menuju perkampungan Yahudi Bani Quraizah, dan mengepung mereka selama 25 malam. Orang-orang Yahudi tersebut benar-benar dicekam rasa ketakutan, lalu memohon kepada Rasulullah agar memberikan izin kepada mereka untuk keluar, sebagaimana yang beliau lakukan kepada Yahudi Bani Nadhir. Beliau menolak permohonan mereka, kecuali mereka keluar dan taat pada keputusan beliau. Kemudian Rasululah menyerahkan keputusan atas mereka kepada Sa’ad ibnu Mu’adz pemimpin suku Aus. Keputusan
telah ditetapkan yaitu: laki-laki dewasanya dieksekusi, harta dirampas, anak-anak dan wanita menjadi tawanan. Hukuman terhadap pengkhianatan Bani Quraizhah lebih berat dari pada Bani Qainuqa' dan Bani Nadzir, karena dampak dari pengkhianatan mereka hampir saja merontokkan moral kaum muslimin dan membahayakan nyawa mereka semua.

“Hai orang-orang yang beriman ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. Yaitu ketika datang (musuh) dari atas dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatanmu dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan, dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka disitulah diuji orang-orang mukmin, dan digoncangkan hatinya dengan goncangan yang sangat”. (QS. al-Ahzab: 9-11)

Ajal Israel

Sejak Israel terlunta-lunta di seluruh penjuru dunia tanpa memiliki tanah air, maka janji Allah kedua akan segera terrealisir, karena di manapun mereka berada selalu membuat keonaran, sebagaimana digambarkan dalam firman-Nya:
”Setiap kali mereka menyalakan api untuk peperangan, Allah memadamkannya, dan mereka di muka bumi selalu membuat kerusakan, dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. al-Maidah:12)

Akhirnya mereka pun memicu perang dunia I dan II, bahkan yang terakhir nanti (PD III) melalui berbagai rekayasa adu domba. Mereka pun menunggangi Inggris untuk memenangkan peperangan. Akhirnya mereka meminta balas jasa atas bantuan mereka pada PD I melalui Perdana Menteri Inggris Balfaur dengan mencetuskan Deklarasi Balfaur pada 2 November 1917 untuk menyediakan tanah bagi Yahudi di Palestina. Kemudian setelah Yahudi berhasil meruntuhkan kekhilafahan Turkis Utsmani melalui anteknya, Mustafa Kemal Pasha, pada 13 Maret 1924, maka pada 14 Mei 1948 Yahudi berhasil menduduki tanah Palestina dan diproklamirkan berdirinya Negara Israel oleh David Ben Gurion. Jumlah warga Yahudi di Yerusalem pada waktu itu 649.932 jiwa, namun per 24 September 2008 jumlah mereka mencapai 7.337.000 jiwa.

Dalam berbagai referensi, tercatat ada beberapa tujuan berdirinya Negara Israel di bumi Palestina adalah:

1. Menciptakan faktor disintegrasi di wilayah sekitarnya, baik geologis, politis maupun sosial.

2. Menyebarluaskan kerusakan dan kekacauan dengan menggunakan berbagai alasan, sekalipun tidak masuk akal dan bahkan merupakan rekayasa mereka sendiri.

3. Tidak memberi peluang sedikit pun bagi berdirinya pemerintahan yang ditegakkan atas dasar syareat Islam dan terwujudnya persatuan Arab, baik sebagian maupun keseluruhan.

4. Menciptakan pusat-pusat imperialisme di dunia Arab, dan pada saat yang sama merealisasikan kepentingan- kepentingan Zionisme Internasional yang hakiki, sebagai pijakan untuk menyebarkan kekacauan di seluruh dunia.

5. Mengupayakan agar raja yang akan datang bagi Zionis dan bangsa Yahudi adalah benar-benar al-Masih (sebutan ini mungkin sebagai tipuan untuk Nasrani agar bisa diajak koalisi untuk menghancurkan umat Islam).

6. Membasmi pemikiran kekhalifaan Islam dan terus menggoyahkan keyakinan-keyakinan kaum muslim tentang bakal munculnya al-Mahdi as. yang akan mengembalikan kejayaan masa kenabian dan Khulafaur Rasyidin, yang disertai berbagai variasi program guna menghubungkan hal yang mendukung revitalisasi pemikiran itu.

7. Bila berhasil membasmi pemikiran tersebut, maka mereka segera akan menang terhadap umat Islam. Umat Islam akan tetap dalam kejumudan lamanya, sehingga mereka tidak mempunyai persiapan sama sekali dalam menyambut kedatangan al-Mahdi as.

8. Di samping itu mereka berusaha menimbulkan kesesatan-kesesatan guna menyebarluaskan kekacauan, sehingga para pemimpin dan penguasa muslim menjadi kehilangan harapan tentang pemikiran akan datangnya al-Mahdi as. Hasil yang akan diambil adalah: kalau para pemimpinnya saja sudah seperti itu, bagaimana lagi dengan orang awamnya.

Namun mereka tidak sadar, bahwa berkumpulnya mereka di Palestina dalam keadaan bercampur aduk (lafiifa) setelah sebelumnya terdiaspora di seluruh penjuru dunia, adalah akan segera berlaku janji Allah swt yang terakhir untuk membinasakan mereka tanpa tersisa sedikit pun. Bahkan Raja mereka, Dajjal si “Mata Satu” pun akan dibunuh oleh Nabi Isa as.

>>Lambang Dajjal: Si Mata Satu

Berakhirnya riwayat bangsa Yahudi atau Bani Israel juga banyak dinubuatkan di dalam al-Kitab. Diantaranya;

Pertama, Israel seperti Pohon Anggur.
Hosea 10: 1, “Israel adalah pohon anggur yang riap tumbuhnya, yang menghasilkan buah. Makin banyak buahnya, makin banyak dibuatnya mezbah-mezbah. Makin baik tanahnya, makin baik dibuatnya tugu-tugu berhala".

Kedua, Inggris induk dari berdirinya Negara Israel.
Yehezkil 19: 10-14, “Ibumu seperti pohon anggur dalam kebun anggur, yang tertanam dekat air, berbuah dan bercabang karena air yang berlimpah-limpah. Padanya tumbuh suatu cabang yang kuat yang menjadi tongkat kerajaan, ia menjulang tinggi di antara cabang-cabangnya yang rapat dan menjadi kentara karena tingginya dan karena rantingnya yang banyak. Tetapi ia tercabut di dalam kemarahan dan dilemparkan ke bumi; angin timur membuatnya layu kering, buahnya disentakkan, cabang yang kuat menjadi layu kering, dan api menghabiskannya dan sekarang ia tertanam di padang gurun, di tanah yang kering dan haus akan air. Maka keluarlah api dari cabangnya yang memakan habis ranting dan buahnya sehingga tiada lagi padanya cabang yang kuat dan tiada tongkat kerajaan. Ini adalah ratapan dan sudah menjadi ratapan”.

Ketiga, Kehancuran para pendukung Yahudi.
Yesaya 63: 1-6, “Siapa dia yang datang dari Edom, yang datang dari Bozra dengan baju yang merah, dia yang bersemarak dengan pakaiannya, yang melangkah dengan kekuatannya yang besar? Akulah yang menjanjikan keadilan dan yang berkuasa untuk menyelamatkan: Mengapakah pakaianmu semerah itu dan bajumu seperti baju pengirik buah-buah anggur? Aku seorang dirilah yang melakukan pengirikan, dan dari antara umat-Ku tidak ada yang menemani Aku: Aku telah mengirik bangsa-bangsa dalam murka-Ku, dan Aku telah menginjak-injak mereka dalam kehangatan amarah-Ku; semburan darah mereka memercik kepada baju-Ku, dan seluruh pakaian-Ku telah cemar, sebab hari pembalasan telah Kurencanakan, dan tahun penuntutan bela telah datang. Aku melayangkan pandangan-Ku: tidak ada yang menolong. Aku tertegun, tidak ada yang membantu, lalu tangan-Ku memberi Aku pertolongan, dan kehangatan amarah-Ku, itulah yang membantu Aku. Aku menginjak-injak
bangsa-bangsa dalam murka-Ku. Menghancurkan mereka dalam kehangatan amarah-Ku, dan membuat semburan darah mereka mengalir ke tanah”

>>Mata uang Amerika: Ada gambar "Si Dajjal" Mata Satu

Keempat, Amerika akan hancur.
Yesaya 4: 3-7, “Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam? Maka sekarang Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu. Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak. Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh (tanaman) putri malu dan rumput. Aku akan memerintahkan awan-awan supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya. Sebab kebun anggur Tuhan semesta alam ialah bangsa Israel dan orang Yahudi, ialah tanaman-tanaman kegemarannya. Dinantinya keadilan, tetapi hanya ada kezaliman, dinantinya kebenaran tetapi hanya ada keonaran”.

Ikhtitam

Kita memang sangat prihatin dengan kondisi Gaza seperti sekarang ini. Namun keadaan mereka nampaknya sudah ditakdirkan seperti itu. Bahkan keberadaan para pemuda yang berani berperang melawa Israel pun telah dinubuatkan oleh Nabi saw sampai akhir zaman.

”Akan ada sekelompok orang di antara umatku yang senantiasa membela kebenaran, akan mengalahkan musuh-musuh mereka. Orang-orang yang menyelisihinya tidak akan membahayakannya melainkan hanya menimpakan cobaan hingga datangnya ketentuan Allah, dan mereka tetap dalam keadaan seperti itu. Mereka (para shahabat) bertanya; Wahai Rasulullah, di manakah mereka? Rasulullah menjawab; Di Baitul maqdis, dan di sekitar Baitul Maqdis.” (HR. Ahmad)

Meski demikian, kita tak bisa diam, menunggu –apalagi—berpangku tangan, menunggu datangnya Imam Mahdi. Dengan berdoa, tenaga, pikiran, kita harus berjuang untuk membela umat Islam di Palestina dan Gaza.

Luas wilayah Palestina hasil perjanjian Sysks-Picot adalah 27.027 km2. Yang diduduki Israel th 1948= 20.770 km2 (77%). Sisa tanah Palestina (23%) juga diduduki Israel th 1967 yakni Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem (6257 km2). Kini wilayah Palestina tinggal 3.128,5 km2 (11,5%) yang terdiri dari dua wilayah, yakni Gaza (lk.400km2) dibuni sekitar 1,5 juta jiwa dan sisanya di Tepi Barat yang terpisah dengan Gaza, sehingga kedua wilayah tersebut bagaikan penjara raksasa. Sekitar 4,5 juta warga Palestina menjadi pengungsi di sejumlah Negara Arab lainnya.

Secara perhitungan fisik, nampaknya sulit bagi Hamas dan para pejuang lainnya memenangkan pertempuran melawan Israel, namun mereka tidak akan dikalahkan. Mereka memiliki daya tahan tempur yang tercatat dalam sejarah Islam. Mereka akan segera dibantu Imam Mahdi untuk menghancurkan Israel dalam waktu dekat ini, insya Allah.

Menutup tulisan ini, sebaiknya kita berdoa di hadapan Allah.

“Ya Allah, tolonglah saudara kami muslim Palestina.

Hancurkanlah Israel dan sekutunya.

Segerakan Imam Mahdi turun membantu perjuangan membebaskan al-Aqsho dari cengkeraman Yahudi laknatullah.

Ya Allah, aku malu, karena aku hanya bisa menulis dan berdemo.

Wahai akhi fillah, beritahu aku, kapankah kau akan marah?

Jika milik kita yang suci dihina, dan tempat kita dihancurkan, dan kau tidak menjadi marah?

Jika sifat ksatria kita dibunuh, dan kehormatan kita diinjak-injak, dan dunia kita berakhir,

dan kau tidak menjadi marah?

Jadi beritahu aku, kapankah kau akan marah?

Jika sumberdaya kita dirampas, dan institusi kita diruntuhkan, dan masjid-masjid kita dihancurkan, dan masjid al-Aqsa dan al-Quds kita tetap dirampas, dan kau tidak menjadi marah?

Jadi beritahu aku, kapankah kau akan marah?

Musuhku, atau musuhmu, menghina kehormatan, darahku dijadikan mainan oleh dia, dan kau jadi penonton permainan. Jika untuk Allah, untuk suatu yang suci, untuk Islam kau tidak marah, Jadi beritahu aku, kapankah kau akan marah?

Aku melihat kengerian, Aku melihat darah mengucur. Wanita-wanita tua mengiringi anak-anak menjemput maut mereka. Aku telah melihat segala macam bentuk penindasan.

Dan kau tidak menjadi marah.

Jadi beritahu aku, kapankah kau akan marah?

Dan kau duduk seperti boneka bisu, perutmu memenuhi kantor. Kau habiskan malam banggakan angka-angka, dengan uang, curahkan dirimu kepada berkas-berkasnya.

Aku melihat kematian di atas kepala-kepala kami. Dan kau tidak menjadi marah.

Jadi terus terang saja padaku, jangan malu-malu: kamu ada di Ummat yang mana?

Jika kau juga derita, apa yang kami derita, tidak menjadikan kamu ingin membalas, maka tidak usah repot. Karena kamu bukanlah kami, maupun bagian dari kami, bahkan kamu bukan bagian dari dunia manusia.

Jadi hiduplah sebagai kelinci, dan matilah sebagai kelinci.

* Penulis adalah Direktur Lembaga Kajian Strategis Islam

------------ --------- --------- --------- --------- --------- -

Zionis belum berhenti membantai, kok kita berhenti membantu? Sisihkan sebagian harta Anda untuk membantu rakyat Gaza di "Hidayatullah. com Peduli Palestina". No Rek BCA: 822 0279422 CP Redaksi www.hidayatullah. com 081-357342242



Free Al Aqsho, Free Palestine, Allohu Akbar!!!

NOBEL BAGI OBAMA, IRONI BAGI DUNIA ISLAM Komite Nobel Norwegia memilih Presiden AS Barack Obama sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini (2

NOBEL BAGI OBAMA, IRONI BAGI DUNIA ISLAM

Komite Nobel Norwegia memilih Presiden AS Barack Obama sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini (2009). Alasannya, Obama dipandang telah melakukan upaya luar biasa untuk memperkuat diplomasi internasional, kerjasama di antara umat manusia serta visi dunia yang damai (Kompas,10/10).

Dalam sejarah AS, Obama menjadi presiden ketiga penerima Nobel Perdamaian setelah Theodore Roosevelt (1906) dan Woodrow Wilson (1919). Hal ini mengundang tanda tanya besar, khususnya bagi Dunia Islam. Sehebat itukah jejak dan rapor Obama dalam mewujudkan perdamaian dunia? Bagaimana dengan kenyataan Dunia Islam yang masih terkoyak hingga saat ini, yang justru merupakan akibat penjajahan AS dan sekutunya? Ataukah ini adalah bagian dari makar global: pencitraan terhadap orang nomer wahid di AS dalam rangka mendukung gagasan “soft power” dalam menjaga penjajahannya di Dunia Islam?

Tentu, kaum Muslim tidak boleh terkecoh. Sebab, Amerika Serikat (AS) bukan hanya seorang Obama. AS adalah sebuah negara dengan ideologi yang jelas. AS telah menempatkan posisi tunggalnya di dunia internasional dan memaksa semua negara, khususnya Dunia Islam, tunduk pada seluruh kepentingan ideologi kapitalisnya.

Menyoal “Rapor” Obama

Ada beberapa hal yang menjadi bahan penilaian panitia Nobel, yang menjadikan Obama dianggap layak mendapatkan hadiah Nobel tersebut. Ada lima isu utama yang menjadi muatan dari seluruh langkah diplomasi Obama, yaitu: Dunia Islam, Timur Tengah, senjata nuklir, multilateralisme dan Penjara Guantanamo. Semua isu tersebut terkait langsung ataupun tidak langsung dengan Dunia Islam.

Terhadap Dunia Islam, 22 Januari 2009 Obama menunjuk mantan senator George Mitchell sebagai utusan khusus Timur Tengah. Penunjukkan ini menjadi pintu masuk bagi Obama untuk menyampaikan seruan kompromi dan keseimbangan dalam memandang konflik Timur Tengah. Pada 6 April 2009 Obama kemudian menyatakan, “AS tidak akan pernah berperang melawan Islam.” Hal ini ditegaskan ulang oleh Obama pada kunjunganya di Universitas al-Azhar Kairo, 4 Juni 2009, sebagai langkah untuk memperbaiki citra AS di mata kaum Muslim sedunia. Ia bahkan mengutip al-Quran, Bibel dan Taurat terkait dengan pentingnya perdamaian di antara semua manusia.

Namun, semua ini tidak menjadikan sebagian umat Islam yang melek politik memberikan aplaus (sambutan dan harapan). Pasalnya, Obama baru sekadar membuat janji-janji dan tidak memberikan sumbangan berarti bagi perdamaian dunia. Obama tidak melakukan apapun untuk memastikan keadilan bagi Arab dan Dunia Islam.

Bahkan penghargaan ini adalah “lelucon” memalukan. Pasalnya, selama ini AS melakukan penjajahan di Irak dan Afghanistan yang menjadikan dua negeri kaum Muslim ini porak-poranda dan rakyatnya dinaungi duka dan derita. Sebenarnya drama pemberian Hadiah Nobel Perdamaian yang penuh kejanggalan juga pernah diberikan kepada PM Israil Yitzhak Rabin 1994, pemimpin negara penjajah tanah Palestina, juga kepada Mmenlu Israel Shimon Peres.

Fakta Menyedihkan di Dunia Islam

Sembilan bulan sudah Obama menjabat sebagai presiden AS. Namun, selama itu, belum ada satu pun negara yang terlibat peperangan yang didamaikan oleh Obama. Sebaliknya, Obama malah masih mewarisi kebijakan Presiden AS sebelumnya, George W Bush, terkait dengan penjajahan AS di Afganistan dan Irak. Bahkan Obama, sebagai panglima tertinggi Angkatan Bersenjata AS, menambah jumlah pasukannya di Afganistan. Tidak menutup kemungkinan, Obama malah akan membuka lahan peperangan baru sebagai salah satu jalan keluar dari krisisis moneter dalam negeri AS jika hal ini dipandang bisa menjadi stimulus (pembangkit) dan penyelamat ekonominya yang hancur.

Terkait dengan Dunia Islam, sejak Tragedi 9/11 (2001), atas nama “Perang Melawan Terorisme” (WOT), AS telah menempatkan Dunia Islam sebagai ancaman. Saat ini pun, AS di bawah Obama tetap bertekad akan mengabaikan perbatasan negara dalam memburu siapa yang mereka anggap sebagai teroris. Afrika Timur, Asia Tenggara, Eropa, Teluk Persia, Afgan dan Pakistan dipandang sebagai tempat subur terorisme dan yang disebut oleh AS sebagai “segala ancaman terhadap Washingthon”. (Ar-Rahmah.com, 8/10).

Sebagai dampak dari “Perang Melawan Terorisme” di Dunia Islam, para penguasa di negeri-negeri Islam telah melanggar apa yang oleh mereka sendiri di sebut sebagai HAM, tentu dengan dukungan AS sebagai pelanggar HAM nomer satu di dunia. Contoh: Di Pakistan korban penghilangan paksa atau penculikan mencapai 8000-10.000 orang. Semua itu dilakukan oleh negara hanya karena negara mencurigai mereka terlibat kegiatan atau jaringan terorisme, seperti yang dilaporkan Defence for Human Right Pakistan (Eramuslim.com, 8/10). Di India kaum Muslim dijadikan “kelinci percobaan” terorisme. Mereka mengalami diskriminasi dan pelanggaran HAM pada tingkat yang sangat kritis (Suaramedianews, 5/10). Di Indonesia kaum Muslim bisa menyaksikan berita saban hari, bagaimana perburuan aparat terhadap orang-orang yang dicurigai sebagai teroris. Hingga bulan Oktober 2009 aparat telah menangkap lebih dari 335 orang. Penangkapan tersebut diduga sarat dengan pelanggaran HAM. Sebagian yang ditangkap dihukum mati sehingga pengungkapan master mind (dalang utama) dari kasus-kasus terorisme itu tetap kabur, dan drama “Perang Melawan Terorisme di tingkat lokal masih akan terus berlangsung.

Terkait dengan isu Timur Tengah, AS masih menjadi pemain kunci sekaligus penjaga keberadaan penjajah Israel di Palestina. Standar ganda AS dimainkan sedemikian rupa melalui DK PBB, untuk memastikan keamanan Israel dengan segala cara. Memang, pada tanggal 18 Mei 2009 Obama telah mendesak Israel untuk mengakui Palestina serta menghentikan pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat. Langkah berikutnya, 26 Juli 2009 Obama bertekad mewujudkan kesepakatan damai antara Arab-Israel yang benar-benar komprehensif. Namun, semua itu tidak berarti apa-apa, karena tidak akan mengubah nasib Palestina dan kaum Muslim yang menjadi pemilik sah negeri Palestina. Justru di belakang meja, AS memasok senjata dan mendanai militer Israel yang notabene dipakai untuk menghancurkan kaum Muslim di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Lalu dalam isu “Dunia Bebas Nuklir”, AS sangat tidak adil ketika menempatkan Iran sebagai ancaman. Pasalnya, pada saat yang sama AS diam seribu bahasa terhadap ancaman nyata zionis Israel dengan fasilitas nuklirnya yang dibangun di Dimona sejak tahun 1950. Bahkan diperkirakan Israel telah memiliki ratusan hulu ledak nuklir. Hal ini tidak pernah terungkap ke publik. Dengan manisnya, melalui Menlu AS Hillary Clinton, AS menyebut perundingan nuklir Iran di Jenewa sebagai langkah positif, karena Iran berjanji akan memeriksa semua tempat nuklirnya dan akan mengirim uranium yang diperkaya pada level rendah keluar negeri untuk proses selanjutnya (Antara.com, 6/10).

AS menghancurleburkan Irak juga dengan dalih senjata pemusnah massal. Penderitaan menjadi menu sehari-hari bagi rakyat Irak hingga detik ini karena AS sang penjajah dan sekutunya masih bercokol di Irak. Padahal hingga kini Irak tidak bisa dibuktikan memiliki senjata yang dituduhkan AS.

Tanggal 22 Januari 2009, perintah Obama untuk menutup Penjara Guantanamo dan melarang penyiksaan tawanan yang tidak manusiawi seolah menjadi sihir baru: “kebaikan AS” di ranah HAM. Padahal ini adalah tipuan untuk menutupi kejahatan dan kebiadaban AS yang disembunyikan selama ini dalam Perang Melawan Terorisme. Bukan rahasia lagi, AS telah memasukkan ribuan orang ke dalam penjara yang sangat tidak layak ini, yang sebagian besarnya adalah kaum Muslim dan dari negeri-negeri Islam.

Obama juga tetap melanjutkan kebijakan pemerintahan sebelumnya: memperlakukan warga negaranya sendiri, utamanya yang Muslim, secara diskriminatif, hingga saat ini. FBI, misalnya, dengan panduan dan investigasi domestik yang baru warisan George W Bush, melakukan pengawasan di masjid-masjid dengan menempatkan informan (Republika,3/10). Inilah potret ironi penegakkan HAM oleh AS di negerinya sendiri.

Wahai kaum Muslim:

Kisah Presiden AS Obama menerima Nobel Perdamaian sejatinya bukan sesuatu yang mengejutkan. Dari berbagai fakta yang ada, penjajahan di Irak dan Afgan yang didukung oleh dunia internasional masih berlangsung hingga saat ini. Penyerangan oleh Israel di tanah Palestina juga masih berlangsung hingga detik ini. Artinya, “udang di balik batu” dari kisah pemberian Hadiah Nobel ini tidak lebih dari sekadar politik pencitraan dan pengelabuan publik. Semua ini dimanfaatkan oleh AS melalui Obamanya untuk mendekati sekaligus menundukkan Dunia Islam pada semua kepentingan AS.

Politik pencitraan dibutuhkan AS demi strategi “soft power” yang dicanangkan. Tujuannya adalah untuk melanggengkan penjajahan dan penguasaan Dunia Islam. Jika hadiah ini dimaknai sebagai ‘dorongan’ dan penghargaan dari upaya perdamaian yang dimotori AS, faktanya, di lapangan lebih kuat penolakannya.

Yang perlu di ingat, sesungguhnya apa yang terjadi di Dunia Islam juga direstui bahkan sering difasilitasi oleh para penguasa negeri-negeri Islam. Berbagai penghianatan para penguasa negeri Islam menjadi jaminan bagi seluruh penjajahan Barat dan AS dengan berbagai bentuk dan gaya barunya itu, dari mulai penjajahan ekonomi melalui lembaga IMF-nya, WOT (War on Terrorism/Perang Melawan Terorisme), hingga isu Pemanasan Global (yang sesungguhnya Dunia Islam adalah korban dari negara-negara industri). Semua ini menempatkan negeri-negeri Islam masuk dalam perangkap skenario AS dan sekutunya.

Saatnya umat Berada dalam Naungan Khilafah Islamiyah

Sesungguhnya, kedamaian dan kemaslahatan dunia, khususnya negeri-negeri Islam, tidak akan pernah terwujud, selama sosok seperti Obama dan AS dengan ideologi Kapitalismenya masih mendominasi perpolitikan dunia. Ingatlah, tipudaya orang-orang kafir tidak pernah berhenti. Makar-makar mereka untuk memadamkan cahaya Islam juga tidak pernah istirahat sejenak pun. Allah SWT berfirman:

]وَلا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا[

Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka (dapat) mengembalikan kalian dari agama kalian (kepada kekafiran) seandainya mereka mampu (QS al-Baqarah [2]: 217).

Allah SWT juga berfirman:

]لاَ يَأْلُونَكُمْ خَبَالا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ [

Mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemadaratan atas kalian dan menyukai apa yang menyusahkan kalian (QS Ali ‘Imran [3]: 118).

Sesungguhnya, hanya Khilafah Islamiyah-lah yang mampu mewujudkan keadilah, kedamaian dan kemaslahatan dunia. Karena itu, kami tidak henti-hentinya mengingatkan, sudah saatnya kaum Muslim untuk menegakkan kembali Khilafah Islamiyah sebagai satu-satunya institusi yang secara syar’i wajib ada. Selain itu, secara politik Khilafah Islamiyah juga akan menjadi pelayan, pengayom dan pelindung kaum Muslim; bahkan akan menjadi penegak keadilan dan rahmat bagi seluruh umat manusia di dunia. Nabi saw. bersabda:

«وَإِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ»

Imam (Khalifah) adalah perisai, tempat orang-orang berperang dan berlindung kepadanya (HR al-Bukhari).

Komentar al-Islam:

OC Kaligis: Perlu Audit Sistem Hukum Nasional (Kompas, 12/10/2009).

Yang diperlukan adalah formalisasi syariah Islam untuk mengganti sistem hukum yang ada.

MEWASPADAI DATANGNYA MUSIBAH LAIN

MEWASPADAI DATANGNYA MUSIBAH LAIN

[Al-Islam 475] Sudah lebih dari sepekan lalu ‘Gempa Sumatra’ terjadi. Korban tewas akibat gempa berkekuatan 7.6 skala ritcher itu terus bertambah. Berdasarkan data dari Satkorlak Penanggulangan Bencana Sumatera Barat (4/10), korban tewas berjumlah 603 orang. Kemungkinan korban tewas bisa mencapai 1.000 orang. Korban luka-luka juga terus mengalami peningkatan; yang luka berat sebanyak 412 orang dan luka ringan sebanyak 2.093 orang. Adapun korban yang mengungsi sebanyak 736 orang (Republika Online, 4/10/2009).

Namun, Pemerintah seperti tidak mau belajar. Seperti sudah menjadi kebiasaan, penanganan korban gempa oleh Pemerintah selalu terlambat. Buktinya, meski ribuan orang selamat, sebagiannya—terutama para pengungsi—tetap menderita. Pasalnya, meski telah enam hari pasca gempa, distribusi bantuan gempa terkesan lamban, padahal akses jalan ke sejumlah kabupaten dan kecamatan telah lancar. Akibatnya, sebagian besar korban gempa kini mulai mengaku kelaparan. Menurut warga, jangan bantuan sembako, tenda plastik darurat untuk berteduh pun tidak mereka dapatkan. Jika kondisi ini berlanjut, bukan tidak mungkin nasib yang lebih buruk akan menimpa mereka, terutama anak dan balita. “Jangankan susu bubuk untuk bayi, beras pun belum pernah kami terima walau hanya satu kilogram. Kalau terus begini, bayi kami bisa kelaparan dan meninggal dunia,” keluh Siswandi warga Kecamatan Patamuan, Kabupaten Padang Pariaman (5/10). “Biarlah rumah kami hancur diterjang gempa, yang penting anak-anak kami selamat…,” keluh Ibu Aisah yang mempunyai balita usia dua tahun (Detiknews, 5/10/2009).

Pemerintah Harus Bertindak Cepat

Seorang Muslim tentu memiliki kewajiban untuk menolong dan membantu saudara-saudaranya yang sedang ditimpa kesulitan, termasuk akibat gempa. Jamaah, organisasi massa dan partai Islam juga memiliki tanggung jawab yang sama, bahkan lebih besar. Namun demikian, tanggung jawab terbesar sesungguhnya ada di pundak Pemerintah sebagai pengurus, pelayan dan pelindung rakyat. Pemerintah semestinya memiliki departemen atau direktorat khusus penanggulangan bencana yang senantiasa stand by dalam menangani bencana dan korbannya.

Dalam Khilafah Islam, pendanaan untuk penanggulangan bencana diambilkan dari pos pendapatan fai’, kharaj dan harta pemilikian umum (lihat: Abdul Qadim Zallum, Sistem Keuangan di Negara Khilafah, hlm. 18). Jika kas Baitul Mal sedang kosong maka Khalifah sebagai kepala negara menghimbau rakyat kaum Muslim untuk mengulurkan bantuan uang maupun barang. Jika uluran bantuan rakyat tidak mencukupi, negara bisa menarik pajak khusus untuk penanggulangan bencana kepada para wajib pajak. Dengan demikian, negara akan segera dapat mengatasi masalah tersebut dengan cepat tanpa harus kekurangan dana.

Sabar Menghadapi Musibah dan Keutamaannya

Musibah/bencana seperti gempa memang pasti menimbulkan penderitaan. Namun demikian, bagi seorang Muslim, di balik musibah sesungguhnya ada keutamaan, tentu jika musibah itu disikapi dengan kesabaran. Keutamaan yang dimaksud antara lain:

1. Terhapusnya dosa dan kesalahan.

Nabi saw. bersabda, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra.:

«مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ»

Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang Mukmin hinggga duri yang menusuknya melainkan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu (HR al-Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis lain Nabi saw. bersabda:

«مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ»

Cobaan senantiasa akan menimpa seorang Mukmin dan Mukminah—baik menimpa dirinya, anaknya maupun hartanya—hingga ia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa (HR at-Tirmidzi).

2. Memperoleh pahala dan keridhaan Allah.

Anas ra. meriwayatkan sebuah hadis secara marfû’, “Sesungguhnya besarnya pahala bergantung pada besarnya cobaan. Jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya dengan cobaan. Siapa saja yang ridha atas cobaan tersebut maka dia mendapat keridhaan Allah…”

3. Mendorong untuk ber-taqarrub dan banyak beribadah kepada Allah SWT.

Betapa banyak Muslim yang setelah ditimpa musibah terdorong untuk ber-taqarrub kepada Allah dan berdoa/beribadah kepada-Nya, yang semua itu tak pernah ia lakukan sebelum tertimpa musibah (QS Fushilat [41]: 51).

4. Merupakan indikasi bahwa Allah menghendaki kebaikan.

Rasulullah saw. bersabda:

«مَنْ يُرِدْ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ»

Siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya (HR al-Bukhari).

Selain itu, orang-orang yang sabar dalam menghadapi musibah akan mendapatkan shalawat dan rahmat dari Allah SWT (QS Ali Imran [33: 155-157; diberi pahala tanpa batas (QS); akan selalu bersama Allah (QS al-Baqarah [2]: 153), dan Allah mencintainya (QS Ali Imran [3]; 146).

Lebih dari Sekadar Sabar

Lebih dari sekadar keharusan untuk bersabar, dalam menghadapi musibah ini selayaknya setiap Muslim hendaknya:

1. Iman dan ridha terhadap ketentuan (takdir) Allah.

Allah SWT berfirman:

]مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ[

Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (QS al-Hadid [57]: 22).

2. Memperbanyak berdoa dan berzikir kepada Allah SWT.

Rasulullah saw. mengajarkan doa bagi orang yang tertimpa musibah:

«اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَاخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا»

Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah yang menimpaku ini, dan berilah ganti bagiku yang lebih baik daripadanya (HR Ahmad).

Selain berdoa, berzikir akan dapat menenteramkan hati (QS ar-Ra’du [13] : 28).

3. Tetap berikhtiar.

Mengimani takdir bukan berarti tidak berikhtiar. Saat terjadi wabah penyakit di Syam, Umar bin al-Khaththab segera berupaya keluar dari negeri tersebut. Ketika ditanya, ”Apakah kamu hendak lari dari takdir Allah?” Umar menjawab, ”Ya, aku lari dari takdir Allah untuk menuju takdir-Nya yang lain.”

Rasulullah saw. pun memberikan petunjuk bahwa segala bahaya (madarat) wajib untuk dihilangkan. Misalnya logistik, tempat tinggal, masjid dan sekolah yang hancur harus diupayakan kembali keberadaannya. Dalam hal ini, tanggung jawab Pemerintah sangatlah besar.

4. Bertobat.

Adakalanya musibah yang menimpa adalah akibat dari dosa yang diperbuat manusia (QS asy-Syura [42]: 30). Karena itu, sudah seharusnya seseorang yang terkena musibah segera bertobat kepada Allah SWT dengan tobat yang sebenar-benarnya. Nabi saw. bersabda:

«كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ»

Setiap anak Adam adalah pendosa. Sebaik-baik pendosa adalah orang yang suka bertobat (HR at-Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad dan ad-Darimi).

5. Tetap Istiqamah dalam Islam.

Dalam setiap musibah, selalu ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkannya untuk tujuan jahat. Misalnya kristenisasi. Caranya adalah dengan memberikan bantuan logistik, medis, uang, rumah dan sebagainya. Semua itu tidaklah diberikan dengan tulus, melainkan ada maksud keji di baliknya. Ujung-ujungnya, orang-orang kafir itu ingin sekali memurtadkan orang Islam. Di sinilah seorang Muslim dituntut untuk bersikap istiqamah (QS Hud [11] : 112).

Mewaspadai Datangnya Musibah Lain

Nabi saw., sebagaimana penuturan Ibn Umar ra., pernah mewanti-wanti kita terkait dengan kemungkinan datangnya sejumlah musibah/bencana (lain) yang menghampiri kita. Beliau bersabda:

«خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلاَّ فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَاْلأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلاَفِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلاَّ أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلاَّ مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلاَّ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللهُ إِلاَّ جَعَلَ اللهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ»

Ada lima perkara (yang harus kalian waspadai)—aku berlindung kepada Allah, jangan sampai hal itu menimpa kalian: 1. Tidaklah kekejian (perzinaan) muncul pada suatu kaum dan mereka melakukannya secara terang-terangan, kecuali akan muncul berbagai wabah dan berbagai penyakit yang belum pernah terjadi pada orang-orang sebelum mereka. 2. Tidaklah suatu kaum berbuat curang dalam hal timbangan dan takaran (jual-beli), melainkan mereka akan diazab dengan paceklik, kesusahan hidup dan kezaliman penguasa. 3. Tidaklah suatu kaum enggan membayar zakat, melainkan mereka akan dicegah dari turunnya hujan dari langit; jika bukan karena binatang ternak, niscaya hujan itu tidak akan diturunkan. 4. Tidaklah para pemimpin mereka melanggar penjanjian Allah dan Rasul-Nya, kecuali Alah akan menjadikan musuh menguasai mereka, lalu merampas sebagian yang ada dari apa yang ada di tangan mereka. 5. Tidaklah mereka meninggalkan Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya, melainkan Allah menjadikan perselisihan di antara mereka (HR Ibnu Majah).

Peringatan Baginda Nabi saw. ini semestinya menjadikan kita khawatir dan takut. Karena itu, kelima perkara yang diisyaratkan dalam hadis ini wajib harus dihindari. Perzinaan harus segera diberantas sampai ke akar-akarnya (bukan malah dilokalisasi dan dipelihara); ekonomi curang harus segera ditinggalkan (termasuk segala transaksi yang didasarkan pada ekonomi kapitalis seperti perbankan ribawi, bursa saham dan valas, utang luar negeri, privatisasi BUMN, dll); zakat harus segera ditunaikan; perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya tidak boleh dilanggar; dan hukum-hukum Allah yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah harus segera diterapkan oleh negara. Jika tidak, berarti kita sedang menantang datangnya musibah yang lebih dahsyat, sebagaimana diisyaratkan Baginda Nabi saw. di atas. Jika demikian, betapa sombong dan bodohnya kita. Wal ‘iyâdzu billâh! []

Islam, Khilafah, dan Hizbut Tahrir Dalam Pandangan Barat (1)

Islam, Khilafah, dan Hizbut Tahrir Dalam Pandangan Barat (1)

PENGANTAR

Delapan puluh delapan tahun sudah, sejak keruntuhan mahkotanya, kehancuran Khilafahnya dan penjajahan Barat kafir atas negeri-negrinya umat Islam melewati masa-masa sulitnya…Delapan puluh depalan tahun sudah Barat kafir menjauhkan Islam dari kepemerintahan setelah terlebih dahulu menyempitkan wilayahnya dan mencabut unsur-unsur kekuatan di dalamnya; akidah yang menjadi landasan berfirkir dan aktifitasnya (al-‘aqîdah al-siyâsiah), sistem kehidupan yang komprehensif, Khilafah dan jihad. Barat kafir telah benar-benar mengubah dan mengganti agama ini setelah terlebih dulu mencetak corak ‘aqliyah (pola pikir) kaum Muslim dengan sebuah corak baru yang berdiri diatas dasar kaedah-kaedah pemikiran (al-Qawâid al-fikriyah) yang sama sekali terputus hubungan (al-munqathi’at al-shilah) dengan Allah . Lebih parah lagi, hal ini ternyata dibantu oleh para ‘ulamâ’ sû (ulama buruk yang mabuk dunia) yang berfatwa sesuai dengan kaedah-kaedah pemikiran Barat kafir. Sehingga, hasilnya adalah fatwa-fatwa yang sesat dan menyasatkan (dhâllah mudhillah) umat Islam. Delapan puluh delapan tahun sudah Barat kafir memaksakan undang-undang yang menjijikkan buatan mereka atas kaum Muslim dan menyerahkan kaum Muslim kepada para penguasa antek yang penuh dengan keburukan; penguasa-penguasa antek yang mereka jadikan sebagai ekor dan mereka gerakkan untuk membantai umat Islam dan merampas seluruh kekayaannya. Sehingga, akibat kebejatan penguasa-penguasa antek itu, umat ini tertimpa bencana yang tiada tara besarnya; pembantaian, pemenjaraan, penyiksaan, pengasingan, pengisolasian, penghinaan, pemiskinan, pembodohan, pengrusakan dan penyesatan…Delapan puluh delapan tahun sudah perjalanan penyiksaan umat Islam di tengah jalan yang penuh dengan kepedihan, air mata dan konspirasi atas mereka, dan hal ini masih terus berlangsung hingga kini.

Akan tetapi, setelah lewat delapan puluh delapan tahun, umat ini mulai menyadari bahwa mereka telah berbuat zhalim terhadap diri mereka sendiri dengan sebab menjauh dari pemahaman dan penerapan Islam yang benar, yang karenanya, umat ini mengarungi masa-masa kehidupan yang amat sempit (ma’îayat[an) dhank[an]) sebagai mana dituturkan al-Quran al-Karim sebagai akibat berpaling dari dzikir Allah, syari’at Allah dan hukum Allah . Umat Islam kini telah menyadari bahwa tiada jalan keluar dari semua itu kecuali dengan Khilafah Rasyidah. Karena itu, tekadnya semakin kuat untuk mewujudkan cita-citanya ini, dan mereka benar-benar optimis akan keterwujudannya meskipun berbagai rintangan mereka hadapi. Semetara itu, kaum Barat kini hampir saja gila akibat takut kembalinya Khilafah yang akan menghancurkan-leburkan hadharah (peradaban) mereka.

Inilah yang kita saksikan pada hari ini di berbabagi negeri kaum Muslim; Afganistan, Irak, Palestina, Somalia, Kasymir, Turikistan dan Chechnya. Inilah satu tujuan yang telah menjadi cita-cita seluruh kaum Muslim, yakni mengubah keberadaan mereka dengan cara benar-benar kembali kepada Allah  melalui jalan Khilafah Rasyidah. Sementara itu, satu-satunya pikiran yang telah menghantui Barat kafir adalah mencegah kembalinya Khilafah Rasyidah ini. Inilah hakekat pertarungan antara kaum Muslim melawan kaum Barat kafir. Sementara itu, semua slogan-slogan yang selama ini mereka gembar-gemborkan; perang melawan teroris (war on terorism), melawan ekstrimis dan lain sebagainya, tak ubahnya hanya untuk menaburkan debu ke dalam mata (dzarr al-ramâd fî al-‘uyûn).

Umat Islam kini melihat pada sebuah perubahan yang fundamental lagi menyeluruh, mereka benar-benar dipenuhi harapan, harapan akan bebas dari segala bencana yang selama ini telah dan sedang melandanya. Harapan umat ini sesuai dengan janji Rasulullah  bahwa kelak di akhir masa akan tegak sebuah negara Khilafah Rasyidah. Dan harapan ini juga sesuai dengan yang diungkapkan oleh pakar-pakar Barat kafir yang menghawatirkan kembalinya abad ke enam dan ke tujuh pada masa Nabi , dihidupkannya kembali Khilafah, yang sering mereka sebut dengan ‘kerajaan’ Islam yang membentang luas. Dan harapan ini tentu saja sesuai dengan yang didakwahkan Hizbut Tahrir yakni penegakan Khilafah Rasyidah kedua yang mengikuti manhaj kenabian dan sesuai dengan apa yang selama ini diperjuangkan oleh Hizbut Tahrir dengan penuh kekonsistenan.

Ya Allah, dakwah ini adalah dakwah-Mu dan pertolongan adalah pertolongan-Mu. Kami semua selalu taat kepada perintah-Mu. Ya Allah, muliakanlah kami dengan Khilafah Rasyidah yang akan memuliakan Islam dan kaum Muslim, yang akan menghinakan kekufuran dan kaum kafir, dan jadikanlah Khilafah itu sebagai pintu gerbang berbondong-bondongnya manusia masuk ke dalam agama-Mu, dan wujudkanlah di atas pangkuannya seluruh kabar gembira yang telah Engkau kabarkan. Amin. (sumber : majalah alwaie arab edisi khusus)

ISLAM DI MATA BARAT

Inilah sikap yang telah diputuskan dan telah ditetapkan sejak dahulu dalam pemikiran Barat dan akal para pemimpinnya. Sebuah sikap yang telah biasa dijalankan oleh orang-orang Barat dan para pengiktunya dengan penuh keyakinan dan kepuasan, dengan penuh keinginan, kesadaran, dan kesengajaan. Ini bukan perkara baru. Permusuhan terhadap kaum Muslim ini akan tetap selalu terpendam dan terus tumbuh mengakar di dalam relung jiwa kaum kafir semenjak Allah menuturkan karakter mereka di dalam Al-Quran;

“Dan Sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar. Padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. dan Sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya.(TQS. Ibrahim: 46)

Musuh-musuh itu telah dengan terang-terangan dalam permusuhan ini selam berabad-abad lamanya. Karenanya ketika tentara mereka mengenakan pakaian perangnya dan datang untuk menjajah negeri-negeri Islam, mereka berteriak dengan sekuat suaranya, “Ibuku, selesaikan-lah sembahyangmu…, jangan engkau menangis…, tetapi tersenyum dan berharaplah…., aku berangkat ke Tripoli… dengan penuh kegembiraan dan kesenangan… akan aku curahkan darahku untuk memusnahkan umat terlaknat…akan aku perangi agama Islam….aku akan berperang dengan sekuat tenaga demi menghapus al-Quran…”.

Barat telah membangun hubungan dengan kita di atas satu dasar; bahwa, perang Salib masih terus berlangsung. Dengan demikian, permusuhan Barat terhadap dunia Arab dan Islam sesungguhnya adalah permsuhan agama dan hadharah (peradaban) yang selama ini telah mengakar di dalam jiwa kaum Barat dan para pendukungnya. Peperangan mereka atas kita itu akan terus berlangsung agar raksasa Islam (yang mereka hatairkan itu) tidak muncul kembali.

Dalam bukunya, al-Islâm ‘alâ Muftaraq al-Thuruq, mengatakan, “Kebencian ini sungguh selalu memenuhi jiwa bangsa Barat tiap kali disebut kata Muslim. Hal ini telah merasuk ke dalam peribahasa-pribahasa mereka, sehingga hal ini telah tertancap kuat kedalam hati setiap orang Eropa, laki-laki maupun wanita. Dan yang lebih aneh lagi, semua ini masih terus hidup di dalam hati mereka meskipun telah berlangsung masa-masa pergantian (tabaddul) tsaqâfah (kultur dan peradaban). Setelah itu, perasaan keagamaan baru mulai memadam…Akan tetapi permusuhan terhadap Islam masih terus berlangsung…Selanjutnya, sikap meremehkan yang telah mentradisi itu mulai merasuk dalam bentuk faksionalis yang tidak rasional kedalam kajian-kajian ilmiah mereka. Sehingga, meremehkan Islam adalah merupakan bagian fundamental dalam pemikiran Eropa”. Ini-lah yang muncul dari lisan mereka. Padahal, apa yang tersimpan di dalam dada mereka jauh lebih besar (wamâ tukhfî shudûruhum akbar).

, ketua organisasi missionaris dalam sebuah konfrensi kaum missionaris di al-Qusd yang diselenggarakan pada tahun 1935 M, mengatakan “Tugas kaum missionaris yang ditekankan kepada kalian oleh negara-negara Kristiani untuk dijalankan di negara-negara Muhammad (Islam. peny) sesungguhnya bukan memasukkan kaum Muslim ke dalam agama Kristen. Sebab, itu artinya memberikan petunjuk dan penghormatan kepada mereka. Akan tetapi, tugas kalian adalah mengeluarkan kaum Muslim dari Islam-nya, sehingga ia tidak memiliki hubungan lagi dengan Allah. Dengan demikian, mereka tidak akan ada lagi hubungan dengan akhlak yang menjadi tonggak berdirinya umat dalam kehidupannya. Karena itu, dengan aktifitas ini, kalian akan menjadi cikal-bakal terbukanya penjajahan di kerajaan-kerajaan Islam. Sebab, kalian telah mempersiapkan semua pikiran mereka untuk ikut serta berjalan di jalan yang kalian tempuh; yakni agar tidak kenal lagi dengan hubungannya dengan Allah dan tidak memiliki keinginan lagi untuk mengenalnya. Dengan demikian, kalian telah mengeluarkan kaum Muslim dari Islam, akan tetapi kalian tidak memasukkannya ke dalam agama Kristen (Masîhiyah). Dan pada saat itulah, lahir generasi Islam yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh kaum penjajah; tidak pernah memperhatikan hal-hal yang besar, gemar bersenang-senang, bermalas-malasan dan selalu ingin menuruti syahwatnya dengan berbagai cara, sehingga syahwat itulah yang menjadi tujuan dalam kehidupannya. Jadi, jika mereka belajar, tak lain adalah kerena syahwat, jika mereka mengumpulkan harta juga karena syahwat dan jika menempati posisi yang tinggi lagi-lagi dalam jalan syahwat, mereka menjadi orang-orang yang loyal untuk mengorbankan segalanya demi tercapainya syahwat. Wahai para missionaris, tugas kalian akan benar-benar sampurna jika kalian mampu melaksanakan semua ini”.

Dalam sebuah artikelnnya yang dipublikasikan dalam surat kabar al-‘Âlam al-Islâmy al-Tabsyîriyah, mengatakan, “Tidak pernah dijumpai sama sekali ada suatu bangsa Kristiani yang telah masuk ke dalam Islam kemudian kembali menjadi Nasrani. Jadi, Islam adalah satu-satunya bahaya yang menghadang keberlangsungan Zionisme dan Israel”.

Seorang missionaris, , mengatakan, “Kita harus menggunakan al-Quran. Sebab, al-Quran adalah sebuah sejata yang paling ampuh yang ada di dalam Islam untuk melawan Islam itu sendiri, sehingga kita benar-benar mampu menghancurkan Islam. Kita harus menjelaskan kepada kaum Muslim bahwa sesungguhnya kebenaran yang ada di dalam al-Quran bukan perkara baru, sementara, perkara baru yang ada di dalam al-Quran sesungguhnya bukan perkara yang benar”.

Seorang missionaris lain, mengatakan, “Kapan jika al-Quran dan kota Makkah telah tertutupi dari negeri-negeri Arab, ketika itulah kita akan dapat melihat bangsa Arab masuk ke dalam hadhârah (peradaban) Barat dan menjauah dari Muhammad dan kitabnya”.

mengatakan, “Islam-lah sesungguhnya satu-satunya tembok pertahanan yang menghadang penjajahan Eropa”.

dalam bukunya, al-Âlam al-‘Araby al-Mu’âshir, mengatakan, “Ketakutan kita terhadap bangsa Arab serta perhatian besar kita kepada umat Arab sesungguhnya tidak lahir akibat adanya sumber minyak yang melimpah di sana. Tetapi, karena Islam”.

mengatakan, “Peperangan Salib sesungguhnya tidak untuk menyelamatkan al-Quds, akan tetapi untuk menghancurkan Islam”.

menegaskan, “Orang-orang Kristiani harus kerja sama dengan Yahudi untuk menghancurkan Islam yang membebaskan bumi suci (al-Ardh al-Muqaddasah). (Nasyrah al-Ta’âyusy al-Masybûh: Hal. 4)

, raja Prancis yang tawan di Dâr Ibn Luqmân di al-Manshurah, dalam sebuah dokumen yang tersimpan di Dâr al-Watsâ’iq al-Qaumiyah (Kantor Dokumen Nasional) Paris mengatakan, “Sesungguhnya tidak mungkin dapat mengalahkan kaum Muslim melalui peperangan. Akan tetapi, kita dapat mengalahkan mereka dengan melalui cara politik sebagai berikut:

-->Menyebarkan perpecahan diantara pemimpin kaum Muslim. Jika telah terjadi, dengan semaksimal mungkin harus dilakukan sebuah tindakan-tindakan yang akan menjadikan perpecahan itu semakin melebar. Sehingga hal ini menjadi faktor yang akan melemahkan kaum Muslim.

-->Mencegah berdirinya pemerintahan yang baik di negeri-negeri Islam dan Arab

-->Menghancurkan sistem kepemerintahan di negeri-negeri Islam dengan suap, kerusakan dan wanita. Sehingga pudarlah kaedah kehidupan mereka dari tujuan yang tingginya.

-->Menghalangi lahirnya sebuah tentara yang percaya akan kewajibannya terhadap tanah air dan yang rela berkorban demi ideologinya.

-->Berusaha menghalangi berdirinya persatuan Arab di wilayah Arab.

-->Berusaha mendirikan negara Barat di wilayah Arab yang membentang diantara Gaza selatan, Antioch Utara kemudian mengarah ke Timur dan membentang sampai ke Barat.

(tokoh missionaris di Inggris) mengatakan, “Islam telah kehilangan dominasinya atas kehidupan sosial kaum Muslim. Sementara, wilayah kekuasaannya semakin menyempit sedikit demi sedikit hingga tinggal ritual-ritual yang amat sempit. Semua ini semakin beranjak sampurna tanpa adanya sebuah kesadaran sedikitpun. Perkembangan itu kini telah benar-benar jauh dan tidak mungkin akan kembali lagi. Akan tetapi, kesuksesan perkembangan ini sangat tergantung dengan para tokoh dan pemimpin kaum Muslim, terlebih para pemudanya. Semua itu tak lain adalah buah hasil kegiatan pendidikan dan tsaqafah libral”.

Orang-orang Inggris menyebut serangan militer mereka atas al-Quds pada saat perang dunia pertama sebagai perang Salib. , dalam bukunya, Hayât al-Masîh al-Sya’biyah, mengatakan, “Selama itu perang Salib selalu membawa kegagalan. Akan tetapi peristiwa besar telah terjadi setelah itu, yakni pada saat Inggris mengirimkan pasukan Salibnya yang kedelapan. Pada kali ini telah benar-benar berhasil. Serangan Allenby atas al-Quds pada saat perang dunia pertama adalah serangan pasukan Salib yang kedelapan sekaligus yang terakhir. Oleh sebab itu, surat kabar Inggris menyebarkan foto Allenby dan di bawahnya tertulis sebuah ungkapan Allenby pada saat menaklukkan al-Quds yang amat terkenal, “Pada hari ini-lah, perang Salib telah usai”.

Berbagai surat kabar memberitakan bahwa ini bukan sikap Allenby saja, akan tetapi justru seluruh sikap politik Inggris. Surat kabar-surat kabar itu menulis, “, menteri luar negeri Inggris, di parlemen Inggris mengucapkan selamat kepada Jendral Allenby karena memperoleh kemenangan dalam akhir sebuah pertempuran dari perang Salib yang disebut oleh Lloyd George sebagai perang Salib yang kedelapan”.

Orang-orang Prancis juga tidak asing lagi dengan perang Salib. Sebab, hakekat agama kufur adalah satu. Contohnya adalah . Setelah mengalahkan pasukan Maysaloon di luar kota Damaskus, ia langsung pergi menuju pusara Shalahuddin al-Ayyubi di masjid jâmi’ al-Umawy dan menjejaknya dengan kakinya saraya mengatakan kepadanya, “Lihatlah, kami telah kembali wahai Shalahuddin!”.

Gerakan Salib di Prancis ini dikuatkan oleh ungkapan , menteri luar negeri Prancis, ketika dikunjungi oleh sejumlah anggota parlemen Prancis dan memintanya untuk membuat spesifikasi pertempuran yang terjadi di Marrakech. Monsieur mengatakan kepada mereka, “Itu adalah sebuah pertempuran antara Bulan Sabit dan Salib”.

Orang-orang Yahudi yang terlaknat di setiap masa itu, pada saat pasukan Israel memasuki al-Quds pada tahun 1967 M, pasukan perang itu langsung berkerumun di sekitar Tembok Ratapan (al-hâith al-mabkâ) dan meneriakan bersama , “Ini-lah hari pembalasan hari pertempuran Khaibar…Duhai dendam Khaibar”. Israel telah mengeksploitasi Gerakan Salib Barat sehingga Barat mendukungnya dengan melakukan demonstrasi di Paris sebelum perang tahun 1967 M dengan membawa banyak spanduk. Jean-Paul Sartre ikut berada di bawah spanduk-spanduk itu. Pada spanduk-spanduk dan berbagai kotak sumbangan untuk Israel itu tertuliskan “Bunuh Kaum Muslim!”.

Tentu saja semangat Pasukan Salib Barat menjadi berkobar-kobar. Masyarakat Prancis rela menyumbangkan sebanyak satu milyar Frank selama empat hari saja untuk mendukung dan memperkuat Zionisme yang terus menerus mengirim surat kepada Pasukan Salib Eropa di wilayah itu, yakni untuk memerangi Islam dan memberangus kaum Muslim.

Dalam satu perkembangan, tak sekalipun tiupan kedengkian Pasukan Salib itu pernah mengalami perbedaan dalam rentang waktu yang amat panjang, kepala bagian perencanaan pada kementerian luar negeri Amerika dan pembantu menteri luar negeri Amerika sekaligus penasehat presiden Johnson untuk urusan Timur Tengah sampai pada tahun 1967 M, mengatakan, “Kita harus mengetahui bahwa perbedaan yang ada diantara kita dan bangsa-bangsa Arab bukanlah perbedaan antara negara atau bangsa. Akan tetapi, merupakan perbedaan antara hadhârah (peradaban) Islam dan hadhârah (peradaban) Kristiani (Masîhiyah). Sebab, pertempuran antara Islam dan Kristen sesungguhnya terus berdarah-darah sejak abad pertengahan. Dan pertempuran itu, masih terus berlangsung hingga kini dengan bentuknya yang berbeda-beda. Sejak satu setengah abad yang lalu, Islam telah tunduk di bawah kekuasaan Barat. Sementara, warisan Islam telah tunduk pada warisan Kristiani”. Eugene Rostow melanjutkan, “Situasi sejarah yang ada semakin menguatkan bahwa Amerika adalah merupakan bagian penyempurna dunia Barat; baik dalam filsafat, akidah maupun dalam sistemnya. Hal inilah yang menjadikan Amerika berdiri memusuhi dunia Timur Islam beserta filasfat dan akidah yang terujud di dalam Islam. Amerika tidak mungkin kecuali harus berdiri pada barisan yang memusuhi Islam dan bersama-sama dengan dunia Barat dan negara Zionis. Sebab, jika Amerika melakukan sebaliknya, itu artinya Amerika telah mengingkari bahasa, filsafat, tsaqafah dan lembaga-lembanganya”. Rostow menjelaskan dan menegaskan bahwa tujuan penjajahan di Timur Tengah tak lain adalah menghancurkan hadhârah (peradaban) Islam. Sementara itu, berdirinya negara Israel adalah merupakan satu bagian dari rancangan-rancangan yang ada. Hal itu tidak lain adalah untuk meneruskan pertempuran Salib.

Willy Claes, Sekjen NATO pada awal tahun sembilan puluhan abad yang lalu, mengatakan, “Telah tiba saatnya bagi kita untuk melepaskan segala macam perbedaan dan permusuhan di masa lalu. Dan saat kita menghadapi musuh hakiki kita semua, itulah Islam!”.

Jean Calvin, pemimpin tertinggi pasukan persatuan NATO pada tahun 1994 M, mengatakan, “Kita telah beruntung pada saat perang dingin. Dan kita kini kembali lagi setelah tujuh puluh tahun dari pertempuran yang kecil menuju sebuah arena pertempuran yang telah berkobar sejak seribu tiga ratus tahun yang lalu. Itulah sebuah petempuran langsung yang amat besar melawan Islam”.

Pemimpin redaksi surat kabar Times dalam sebuah bukunya, Safar Âsiyâ, memberikan nasehat kepada pemerintah Amerika agar membuat kedikatatoran militer di negeri-negeri Islam untuk menghalangi kembalinya Islam yang akan memimpin kaum Muslim, sehingga mereka akan mampu mengalahkan Barat, hadhârah (peradaban) dan penjajahannya”.

Sementara Kissinger, mantan menteri luar negeri Amerika yang sebelumnya dan sekaligus sebagai salah satu teoritisi politik strategi keturunan Yahudi, mengatakan, “Sesungguhnya musuh baru yang harus dihadapi oleh Barat adalah dunia Arab Islam, sebagai sebuah dunia yang menjadi musuh baru bagi Barat”.

Nixon, mantan presiden Amerika , sekaligus sebgai salah satu ahli strategi Amerika, dalam bukunya, al-Furshah al-Sânihah, mengatakan, “Islam bukanlah agama semata. Akan tetapi, ia merupakan dasar bagi sebuah hadhârah (peradaban) yang besar”. Dia juga mengatakan, “Islam dan Barat adalah dua hal yang bertentangan. Dalam padangan Islam dunia terbagi menjadi dua; Dâr al-Islâm dan Dâr al-Harb, dimana yang pertama harus mengalahkan yang kedua”. Terkait kaum Fundamentalis, Nixon mengatakan, “Mereka adalah orang-orang yang bertekad bulat untuk mengembalikan hadhârah (peradaban) Islam dengan cara membangkitkan masa lalu. Mereka juga menyerukan penerapan syari’at Islam dan menyerukan bahwa Islam adalah agama dan negara. Akan tetapi, meskipun mereka melihat masa lalu, mereka sesungguhnya menjadikannya sebagai petunjuk menuju masa depan”.

Dalam bukunya, Shidâm al-Hadharât: ‘I’âdat Shun’ al-Nizhâm al-‘âlamy, Samuel Huntington, mengatakan, “Hubungan antara Islam dan Kristiani biasanya ibarat badai. Keduanya adalah perkara yang berbeda satu sama lain. Pertempuran abad ke dua puluh antara Demokrasi Libral dan Marxism-Leninism sesungguhnya hanya fenomena dangkal yang akan sirna ketika dibandingkan dengan hubungan pertempuran yang terus berlangsung dan mendalam antara Islam dan Kristiani (Masihiyah)”. Samuel juga mengatakan, “Islam adalah satu-satunya haadharah (peradaban) yang membuat keberlangsungan Barat berada dalam keraguan. Hal itu paling tidak telah dua kali dilakukan”. Akan kaitannya dengan faktor-faktor yang menyebabkan pertempuran antara Islam dan Barat di masa mendatang Samuel menyebutkan lima faktor:

-->Pertumbuhan penduduk dunia Islam menggantikan jumlah yang amat besar dari para pemuda pengangguran dan tamak yang direkrut menjadi tentara untuk urusan-urusan Islam.

-->Kebangkitan Islam telah memberikan kepercayaan (positifisme) baru bagi kaum Muslim pada sifat dasar dan kemampuan hadhârah (peradaban) mereka serta nilai-nilai khas mereka dibandingkan dengan hadharah dan nilai-nilai bagi Barat.

-->Usaha Barat penjajah yang terus menerus menyebarkan nilai-nilai dan organisai-organisaniya, serta campur-tangan mereka di dalam pergolakan-pergolakan yang terjadi di dunia Islam telah menyebabkan kekesalan hati yang amat dalam pada diri kaum Muslim.

-->Runtuhnya Sosialisme telah melenyapkan musuh bersama bagi Barat dan Islam. Sehingga, tinggal keduanya (Islam dan Barat) yang menjadi musuh yang akan membahayakan satu sama lain.

-->Gesekan (friksi) dan percampuran yang terus bertambah antara kaum Muslim dan Barat akan membangkitkan sensifitas-identitas khusunya pada masing-masing pihak. Bagaimana tidak, satu sama lain saling berbeda.

Inilah lima faktor-faktor terpenting bagi terjadinya pertempuran antara Barat dan Islam dan terus akan berjalan kedepan menuju sebuah pertempuran baru.

Pada 16/12/2008 M, tiba di Afganistan dalam kunjungan terakhirnya kepada sekutunya, Karzay, setelah mengunjungi Iraq yang menyebabkan dirinya mendapat lemparan sepatu yang menghinakan itu. Di antara yang ia katakan –pada waktu itu, “Saya ingin berterima kasih kepada presiden Karzay dan ingin menyampaikan kepada rakyat Afganistan bahwa Amerika Serikat (AS) mendukung mereka dan terus akan mendukung mereka dalam perjuangan yang amat panjang dalam memerangi terorisme dengan pertimbangan bahwa pertempuran keyakinan memang memakan waktu yang amat panjang”.

Inilah setetes dari lautan penjelasan yang akan mengungkap apa yang tersembunyi

PERADABAN BARAT DIAMBANG KERUNTUHAN

Akan tetapi, ditengah kerumunan permusuhan Barat yang amat bengis terhadap Islam, akidah dan syari’ahnya, pada tahun 2008 M telah terjadi sebuah gaung keruntuhan bagi ekonomi Kapitalis yang akan diteruskan dengan kehancuran ideologi Kapitalisme. Barat telah mengumumkan kebangkrutannya dalam aspek ini. Diantara topik yang amat paradoks, dimana pada saat Islam disebut-sebut sebagai agama konservatif, lalim, ketinggalan zaman, tidak berperadaban…dan harus diubah, justru dari sana, dari ‘rumah’ mereka sindiri, menggaung sebuah seruan yang menyatakan bahwa Islam-lah yang akan menyelamatkan dunia.

Seruan itu menyatakan bahwa, “Kita sangat-sangat butuh untuk membaca al-Quran, sebagai ganti dari Injil, demi memahami apa sebenarnya yang terjadi pada bank-bank kita”. Dengan nada yang bertanya-tanya, seruan itu mengatakan, “Apakah Wall Street mampu untuk memeluk prinsip-prinsip syari’ah Islam?”, dan sekaligus memberikan isyarat akan pentingnya sistem pendanaan Islam dan perannya dalam menyelamatkan ekonomi Barat. Dan sampai Paus sekalipun, yang baru beberapa bulan menghina Islam, tiba-tiba ia muncul dalam sebuah surat kabar yang berada di bawah komando politiknya, Romanian Observatory, dengan menyatakan keharusan mengambil pelajaran dari cara Islam dalam pendanaan melalui hutang yang benar-benar jauh dari riba (bunga) dan judi. Ya, benar. Barat yang telah dengan terus terang mengumumkan peperangan gilanya terhadap Islam, kini mereka telah mengumumkan, baik para pengamat, politisi maupun para pemikirnya, bahwa masa depan pertempuran ini akan berada di tangan Islam. Sementara, Barat akan benar-benar runtuh hadharahnya.

Dalam bukunya, , mengatakan, “Pada kenyataannya, yang mengancam dunia ini ialah bahwa negara kita mungkin saja kaya dengan berbagai komoditi, akan tetapi miskin spritual. Pendidikan dan pengajaran yang buruk, kriminalitas yang kian terus bertambah, kekerasan yang kian terus meningkat, perpecahan atas dasar rasisme yang kini terus berkembang, kemiskinan yang terus menjalar, dampak narkotika, budaya yang hancur di dalam sarana-sarana hiburan, merosotnya pelaksanaan hak-hak dan tanggung jawab sipil dan meluasnya kekosongan spritual, itu semua telah mengakibatkan cerai-berai dan keterasingan orang-orang Amerika dari negeri-negeri mereka, agama mereka dan bahkan antar mereka sendiri”.

, mantan penasehat keamanan nasional Amerika, mengatakan, “Masyarakat yang telah tenggelam dalam syahwat (msyarakat Amerika), sesungguhnya tidak akan mampu membuat undang-undang moral bagi dunia. Sementara, hadharah manapun yang tidak mampu mempersembahkan kepemimpinan moral, maka dipastikan akan sirna dan hancur”.

Adapun , setelah mempertimbangkan aspek-aspek ekonomi dan kependudukan sebagai faktor-faktor yang akan menjadikan hadhârah Amerika (Barat) beranjak dari atas pentas negera dunia menuju pentas kehancuran, maka Huntington mengingatkan bahwa disana terdapat hal yang lebih dari pada faktor-faktor tersebut; itulah problem kehancuran moral, bunuh diri, dan perpecahan politik di dunia Barat. Dalam kaitannya dengan nampaknya kehancuran moral, Huntington menyebutkan sebagai berikut:

· Bertambahnya perilaku yang melanggar nilai-nilai sosial; seperti, kriminalitas, penggunaan narkotika dan berbagai tindak kekerasan secara umumnya.

· Hancurnya urusan rumah tangga. Hal ini mencakup meningkatnya ratio perceraian, anak tidak resmi, banyaknya remaja putri yang hamil, dan bertambahnya jumlah single parent family (keluarga berorangtua tunggal)

· Lemahnya etika kerja secara umum dan meningkatnya kecenderungan ketenggelaman sosial.

· Menurunnya komitmen pendidikan dan kegiatan pemikiran. Hal nampak pada rendahnya tingakat pencapaian bidang akademik negara Amerika Serikat (AS)

Lebih lanjut Huntington menuturkan bahwa “Kecenderungan-kecenderungan negatif ini-lah yang secara alami akan mengantarkan pada kepastian keunggulan moral (al-tafawwuq al-akhlâqy) bagi kaum Muslim. Sehingga, tentu saja mereka (kaum Muslim) akan membuang sikap indimâj/integrasi (menyatu dengan Barat) dan diganti dengan melanjutkan komitmen terhadap nilai-nilai, tradisi dan tsaqafah serta budaya original masyarakat mereka disertai dengan memasarkannya. Ketika proses isti’âb/kulturisasi (penyerapan) dan indimâj/integrasi (menyatu dengan Barat) mengalami kegagalan, maka, dalam kondisi semacam ini Amerika Serikat akan menjadi sebuah negara yang terpecah-pecah atau terbelah-belah dengan segala derivasinya berupa berbagai kemungkinan pergolakan dan perpecahan internal.

Surat kabar al-Wathan, Kuwait, dalam edisinya yang terbit pada 18/10/2006 M mempublikasikan sebuah berita yang dikutip dari “Financial Times, London, tulisan , ketua Dewan Hubungan Luar Negeri Amerika, yang mengemukakan bahwa keputusan perang Iraq adalah penyebab pertama selesainya masa (kekuasaan) Amerika di wilayah itu. Dalam tulisan itu juga tertera, “Hari ini, setelah sekitar delapan puluh tahun dari runtuhnya kerajaan Utsmaniah dan lima puluh tahun dari akhir masa penjajahan serta kurang dari dua puluh tahun dari selesainya perang Dingin, dapat kita katakan bahwa masa (kekuasaan) Amerika di wilayah-wilayah tersebut telah berakhir. Hanya saja, mimpi-mimpi yang selalu menggelayuti hayalan sebagian orang seputar berdirinya Timur Tengah yang damai, cerah dan demokratis seperti Eropa tidak pernah akan menjadi kenyataan. Hal itu karena, kemungkinan yang amat kuat adalah lahirnya Timur Tengah Baru yang akan membangkitkan banyak kerugian bagi dirinya sendiri dan bagi Dunia. Amerika Serikat, pada masa kejayaannya, yang dimulai setelah runtuhnya Uni Soviet, telah menikmati kekuasaan dan kebebasan bertindak yang belum pernah terwujud sebelumnya. Akan tetapi, masa ini tidak bisa berlangsung kecuali hanya kurang dari dua dekade karena ada beberapa sebab.

Pertama adalah keputusan kantor presiden untuk melakukan penyerangan terhadap Iraq dan cara pengarahan aktifitas ini serta dampak yang diakibatkan oleh pendudukan. Usailah sudah negara Iraq yang sebelumnya dihegomoni oleh kelompok Sunni yang memiliki kekuatan untuk menciptakan keseimbangan dengan Iran. Sementara itu, banyak faktor-faktor lain yang bermunculan diatas pentas berbagai peristiwa. Diantaranya; selesainya aktifitas perdamaian di Timur Tengah, gagalnya sistem Arab konvensional dalam menghadang pengaruh Islam radikal, dan kemudian globalisasi yang telah menjadikan jalan yang mudah bagi kelompok radikal untuk mendapatkan pendanaan, persenjataan, pemikiran dan pasukan. Washinton akan terus menghadapi tantangan yang semakin bertambah dari para pemain lain dimana yang paling nampak adalah Uni Eropa, Cina dan Rusia. Akan tetapi, masalah yang paling banyak harus mendapatkan perhatian dari pada semua itu adalah tantangan yang akan lahir dari Negara-negara di wilayah Timur Tengah dan organisasi-organisasi radikal yang bersarang di sana”.

, salah seorang yang pernah dicalonkan dalam pemilihan presiden Amerika, dalam sebuah makalah yang berjudul “Apakah Perang Peradaban Akan Meletus” yang ia tulis seputar perang yang dipimpin oleh Amerika melawan apa yang disebut dengan terorisme, mengatakan, “Islam tidak mungkin dapat dihancurkan dan hanya akan selesai dengan kerugian. Hal ini didasarkan pada fakta kepastian hasil akhir peperangan agama apapun dengan kemenangan kekuatan Islam. Akan tetapi, tidak mungkin kita dapat menghancurkan Islam sebagaimana kita menghancurkan Nazisme, Fasisime dan speritual militer Jepang, Bolshevik dan Sosialisme (Sufiyâtiyah). Islam telah benar-benar mampu eksis selama kurang lebih empat ratus tahun, sebagaimana Islam adalah sebuah akidah yang menghegomoni lima puluh tujuh (57) negara. Dia benar-benar tidak dapat dihancurkan. Dari sisi materi Barat memang unggul. Akan tetapi, bagaimanapun juga keunggulan materi tidak mempu menghalangi hancurnya kekaisaran Sosialisme (Sufiyâtiyah). Dan jika faktor akidah adalah sebagai pemutus, maka Islam sesungguhnya adalah agama yang terus bertempur dan bergerak, sementara Kristen adalah agama yang jumud. Islam adalah agama yang terus mengalami perkembangan, sementara Kristen adalah agama yang kurus kering. Para pasukan Muslim adalah orang-orang yang selalu siap kalah dan mati, sementara Barat selalu menghindari beban kerugian. Patrick Bokna mengakhiri ungkapannya dengan, “Kalian jangan meremehkan Islam. Sebab Islam adalah agama yang paling cepat menyebar di Eropa…Dan agar anda dapat mengalahkan sebuah akidah, maka anda-pun harus memiliki akidah. Lantas apakah akidah kita? Kecenderungan individualisme?”

Tuliasan singkat politikus ini juga pernah dimuat pada 23/06/2006 M di “Muassasah Munâhadhat al-Harb” dengan judul Fikrah Âna Awânuhâ (Cita-cita Yang Telah Tiba Saatnya). Dalam tulisannya ini, Patrick Bokna menceritakan bahwa ide berhukum dengan Islam (Negara Islam) semakin menguat tali-talinya (akar-akarnya) ditengah-tengah kaum Muslim. Ia menuturkan bahwa ketika kita (Barat) menyaksikan tentara bersajata Amerika memerangi kelompok Sunni yang memberontak terhadap pemerintah, kelompok mujahidin Syi’ah, kelompok Jihadi Iraq dan kelompok Taliban yang membangkang terhadap undang-undang, dan mereka selalu mendekatkan diri kepada Allah, kita langsung teringat ungkapan Victor Hugo “Kekuatan tentara manapun tidak akan menandingi bangkitnya kekuatan Cita-cita Yang Telah Tiba Saatnya”. Pemikiran yang telah menyatu dengan pasukan perlawanan ini sesungguhnya adalah sebuah pemikiran yang sangat menentukan. Sebab, mereka meyakini bahwa di sana ada satu Tuhan, yaitu Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, Islam (atau tunduk kepada al-Quran) adalah satu-satunya jalan menuju surga dan bahwa masyarakat rabbâni wajib berhukum dengan syari’at Islam atau undang-undang Islam. Setelah mencoba berbagai jalan (aturan) yang akhirnya mengantarkan mereka pada kegagalan, kini mereka telah kembali ke pangkuan Islam. Ribuan juta kaum Muslim telah mulai kembali kepada akar mereka denga (cara menerapkan) Islam yang lebih bersih. Kekuatan keimanan di dalam Islam sungguh luar biasa. Buktinya Islam masih tetap eksis meskipun telah berlangsung dua abad kekalahan dan kehinaan yang menimpa kerajaan Ustmani dan dihancurkannya Khilafah pada masa Mustafa Kemal Ataturk, sebagaimana Islam juga telah mengalami penderitaan akibat pemeritah Barat selama beberapa generasi. Islam benar-benar telah membuktikan bahwa ia jauh lebih kuat dari pada faham nasionalisme Yaseer Arafat atau Sadam Husen. Yang harus difahami oleh Amerika ialah bahwa masalah ini bukan masalah yang biasa bagi kita. Dari Marokko hingga Pakistan; Amerika setelah ini tidak akan melihat kami lagi sebagai mayoritas meskipun kita adalah manusia yang baik-baik. Jika Negara Islam adalah sebuah pemikiran yang semakin menguat tali-talinya (akar-akarnya) di tengah-tengah kaum Muslim, maka bagaimana kekuatan pasukan yang terkuat di muka bumi ini dapat menghentikannya? Tidakkah kita membutuhkan politik (taktik) baru?!”.

Surat kabar al-Mujtama’ al-Kuwaitiyah edisi 119 tanggal 05/03/1996 M mengutip bahwa , anggota dewan urusan luar negeri kongres Amerika, menuturkan kepada direktur surat kabar, “Saya meyakini abad mendatang adalah abad Islam, abad tsaqafah Islam, dan abad ini akan menjadi sebuah kesempatan untuk semakin menciptakan kedamaian dan kesejahtraan di setiap penjuru dunia”.

Pengikut