Masukkan Code ini K1-43E2AC-4
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

kumpulblogger

Sabtu, 05 Juni 2010

Geologi dalam Peradaban Islam

Geologi merupakan
cabang ilmu alam yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat
fisik, sejarah, dan proses asal mula terbentuknya bumi serta sejarah
perkembangannya. Studi ini mendapat perhatian penting dari para ilmuwan Muslim
di zaman kekhalifahan.

Ilmu ini
dipandang memiliki kegunaan dan manfaat yang begitu besar. Betapa tidak.
Geologi mampu membantu peradaban Manusia dalam menemukan dan mengatur sumber
daya alam yang ada di bumi, seperti minyak bumi, batu bara, dan juga metal
seperti besi, tembaga, emas dan uranium.

Selain itu, studi
yang dikembangkan para saintis Islam itu juga sangat membantu dalam menemukan
zat mineral lainnya yang memiliki nilai ekonomi, seperti: asbestos, perlit,
mika, fosfat, zeolit, tanah liat, pumis, kuarsa, dan silika, dan juga elemen
lainnya seperti belerang, klorin, dan helium. Sejak era kekhalifahan, umat
Islam telah mampu menemukan ladang minyak serta besi, emas dan lainnya.

Adalah ilmuwan Barat bernama Fielding H Garisson yang menyatakan bahwa studi
geologi modern dimulai pada era kekhalifahan. Dalam bukunya berjudul History of Medicine, Garisson mengatakan,
“Umat Islam di abad pertengahan tak hanya mengawali berkembangnya aljabar,
kimia dan geologi. Namun, juga telah meningkatkan dan memuliakan peradaban.”

Abdus Salam
(1984) dalam Islam and Science
menyatakan bahwa Abu al-Raihan al-Biruni (973-1048 M) merupakan geolog Muslim
perintis yang berjasa mendirikan studi geologi modern.. Secara mendalam, ilmuwan
Muslim abad ke-11 M itu menulis tentang geologi India. Al-Biruni melontarkan sebuah
hipotesis bahwa anak benua India
awalnya adalah sebuah lautan.

"Jika Anda
melihat tanah India dengan
mata sendiri dan mengamati alamnya, sebenarnya daratan India awalnya
adalah laut,” papar al-Biruni dalam Book of
Coordinates. Ia juga menuturkan bahwa keberadaan kerang dan fosil
di wilayah negeri Hindustan menunjukkan bahwa
kawasan itu adalah lautan yang kemudian meningkat menjadi daratan kering.

Berdasarkan
penemuannya itu, al-Biruni menyatakan bahwa bumi secara konstan mengembang.
Temuannya itu memperkuat pandangan Islam yang menyatakan bahwa bumi tak kekal.
Teori bumi tak kekal yang dilontarkan al-Biruni itu berlawanan dengan keyakinan
ilmuwan Yunani Kuno yang berpendapat bahwa bumi itu kekal.

Al-Biruni pun lalu menyatakan bahwa bumi juga memiliki usia. Pendapat sang
ilmuwan Muslim di era kekhalifahan itu terbukti. Para Geolog modern akhirnya membuktikan
pendapat itu dengan menyatakan usia Bumi diperkirakan sekitar 4,5 miliar
(4,5x109) tahun.

Ilmuwan Muslim
legendaris, Ibnu Sina (981-1037) juga turut memberi kontribusi yang amat
penting bagi studi geologi. Avicenna – begitu masyarakat Barat biasa
menyebutnya -- menamakan geologi sebagai Attabieyat.
Dalam bab lima
ensiklopedia berjudul Kitab al-Shifa,
Ibnu Sina menjelaskan tentang mineralogi, meteorologi.

Selain itu, bab keenam Kitab Al-Shifa,
juga mengupas berbagai hal tentang bumi dan proses pembentukannya. Secara rinci
dan lugas, Ibnu Sina membahas tentang; pembentukan gunung; manfaat gunung dalam
pembentukan awan: sumber-sumber air, asal muasal gempa bumi; pembentukan
mineral-mineral; serta keanekaragamaan lahan tanah di bumi.

Pemikiran Ibnu Sina
tentang geologi ternyata sangat berpengaruh terhadap peradaban Barat. Berkat
jasa Avicenna-lah, masyarakat Barat kemudian mengenal hukum superposisi, konsep
katastropisme (bencana besar) serta doktrin uniformitarianism. Buah pikir Ibnu
Sina juga banyak mempengaruhi ilmuwan Barat bernama James Hutton dalam
mencetuskan Teori Bumi pada abad ke-18 M.

Secara terang-terangan, dua akademisi Barat bernama Toulmin dan Goodfield
(1965), menjelaskan sumbangsih yang diberika Ibnu Sina bagi studi geologi
modern. “Sekitar abad ke-10 M, Avicenna telah melontarkan hipotesis tentang
asal-muasal bentangan gunung. Padahal, 800 tahun kemudian, pemikiran seperti
itu masih dianggap radikal di dunia Kristen,” papar Toulim dan Goodfield.

Tak cuma itu,
metodelogi ilmiah serta observasi lapangan yang dikembangkan Ibnu Sina hingga
kini masih tetap menjadi bagian yang penting dalam investigasi geologi modern.
Studi geologi juga sebenarnya secara lusa tercantum dalam Alquran. Dalam Surat
Al-Hijr ayat 19 Allah SWT berfirman: “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan
menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu
menurut ukuran.

Dalam Surat
An-Nahl ayat 15, Sang Khalik juga berfirman: “Dan Dia menancapkan gunung-gunung
di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan)
sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.” Ayat-ayat inilah
yang kemungkinan memberi inspirasi bagi para ilmuwan Muslim untuk mengkaji
studi geologi.

Sumbangan lainnya
yang didedikasikan ilmuwan Muslim untuk studi geologi adalah penemuan
kristalisasi dalam proses pemurnian. Terobosan penting yang dilakukan Jabir
Ibnu Hayyan – saintis pada abad ke-8 M – itu sangat penting dalam kristallogi.
Bapak Sejarah Sains, George Sarton menegaskan bahwa Jabir Ibnu Hayyan juga
turut berkontribusi dalam geologi.

“Kami menemukan
dalam tulisannya (Jabir) pandangan tentang metode penelitian kimia, sebuah
teori pembentukan logam pada lapisan tanah, ” papar Sarton. Dalam risalah yang
ditulisnya, papar Sarton, Jabir Ibnu Hayyan menyatakan bahwa pada dasarnya
terdapat enam logam yang berbeda, akibat adanya perbedaan perbandingan sulfur
dan merkuri pada keenam jenis logam itu.

Bila kita simak
secara teliti, studi geologi mendapat perhatian dalam Alquran. Selain banyak
memaparkan tentang gunung, ayat suci Alquran juga membahas tentang tanah. Dalam
surat Al-A'raaf
ayat 58, Allah SWT berfirman, “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh
subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya
tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi
orang-orang yang bersyukur.”

Dalam ayat
lainnya, Alquran juga menjelaskan adanya kandungan penting dalam tanah.
“Kepunyaan-Nya- lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di
antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.” (QS:Thaahaa: ayat 6). Allah SWT
juga berfirman dalam Surat Al-Kahfi ayat 41, “Atau airnya menjadi surut ke
dalam tanah, maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi".

Sumbangsih
Saintis Muslim bagi Geologi

Sejarah mencatat
begitu banyak ilmuwan Muslim yang mengkaji geologi di era keemasan Islam.
Menurut Guru Besar Universitas Yordania, Prof Abdulkader M Abed, para saintis
Islam itu mengkaji tema-tema khusus seperti mineral, batu-batuan serta permata.
Sayangnya, kebanyakan risalah itu banyak yang hilang dan tak eksis lagi.

Berikut ini
beberapa ilmuwan Muslim yang mengkaji geologi:

* Yahya bin
Masawaih (wafat 857 M): Dia menulis tentang permata dan kekayaannya.

* Al-Kindi (wafat 873 M): Menulis tiga risalah. Salah satu karyanya yang
terbaik berjudul "Gems and the
Likes".

* Al-Hasan
Bin Ahmad al-Hamdani(334 H): Menulis tiga buku mengenai metode eksplorasi emas,
perak, permata dan bahan mineral lainnya.

* Ikhwaan As-Safa
(pertengahan abad ke-4 H): Menulis ensiklopedia yang berisi bagian-bagian
minelar serta klasifikasinya.

* Abu Ar-Rayhan
Mohammad Bin Ahmad al-Biruni: (wafat 1048 M): Adalah ahli minerallogi terhebat
sepanjang seharah peradaban Islam. Selain menulis Book of Coordinates, dia juga menyusun buku berjudul Al-Jamhir fi Ma'rifatil Al-Jawahir. Yang
mengupas tentang cara mengenali permata. Buku itu dinilai sebagai kontribusi
terbaik yang disumbangkan perdaban Islam bagi studi minerallogi.

* Ahmad Bin
Yousef Al-Tifashi: Ia menulis kitab Azhar
Al-Afkar fi Jawahir Al-Ahjar yang berisi tentang cara mengenali
batu-batu mulia.

* Mohammad Bin
Ibrahim Ibnu Al-Akfani (wafat 1348A): menulis buku berjudul Nukhab Al-Thakhair fi Ahwaal Al-Jawahir.
Mengupas karakteristik batu-batu mulia.

Mineralogi
di Era Kekhalifahan

Para ilmuwan Muslim
di abad ke-10 hingga 11 M banyak menaruh perhatian untuk meneliti dan menulis
risalah tentang mineralogi. Studi mineralogi merupakan bagian yang tak dapat
dipisahkan dari geologi. Sebab, mineralogi merupakan cabang geologi yang
berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan fisika dari mineral.

Studi ini juga mencakup proses pembentukan dan perubahan mineral. Sekitar 10 abad
yang lalu, para saintis Muslim sudah mampu mengidentifikasi beragam jenis
mineral. Mereka mendedikasikan dirinya untuk mempelajari mineral. Al-Biruni
dikenal sebagai pakar mineralogi Muslim yang paling hebat dalam sejarah
peradaban Islam.

Di zaman itu,
para ilmuwan Islam sudah mampu menjelaskan komposisi kimia dan struktur
kristal. Batu permata dan batu mulia dinilai para ilmuwan Muslim sebagai jenis
mineral yang khusus. Intan, batu nilam, jamrud serta yang lainnya digolongkan
ke dalam mineral. Sejak zaman dahulu batu-batu mulia itu menjadi lambang
kemewahan raja-raja dan para wanita.

Sumbangan
peradaban Islam dalam bidang mineralogi tak lepas dari keberhasilan umat Islam
menguasai wilayah-wilayah penting seperti Mesir, Mesopotamia, India
dan Romawi. Peradaban wilayah itu sebelumnya juga telah mengenal beragam jenis
mineral, batu mulia, dan permata. Karya-karya terdahulu itu lalu dikembangkan
dan diteliti lebih lanjut oleh para ilmuwan Muslim. Hri



http://www.republik a.co.id/berita/ 61926/Geologi_ dalam_Peradaban_ Islam

Tidak ada komentar:

Pengikut