Dunia Islam Harus Bangkit
Allah SWT berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا
Berpeganglah kalian semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai (QS Ali ‘Imran [3] : 103).
Dalam ayat tersebut, Allah SWT tidak berfirman: Berpeganglah kalian pada tali (agama) Allah sendiri-sendiri; tidak pula berfirman: Berpeganglah kalian pada tali (agama) Allah secara kelompok-perkelompok. Akan tetapi, Allah memerintahkan kaum Muslim semuanya agar berpegang pada tali (agama) Allah yang kokoh. Dengan berpegang teguh pada tali (agama) Allah, Dunia Islam akan kembali memiliki kedaulatan, kemuliaan dan kedudukannya.
Dunia Islam harus bangkit dari tidurnya dan harus melaksanakan kewajiban-kewajibannya, baik yang bersifat fadhu ‘ain maupun fardhu kifayah. Dengan itu ia akan bisa merasakan penghambaannya hanya kepada Allah semata, memungkinkannya untuk melihat terbitnya cahaya fajar yang baru, setelah gelapnya malam yang begitu mencekam.
Sesungguhnya kehadiran dan bertemunya sejumlah kaum Muslim, khususnya para ulamanya, pada Muktamar Ulama yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia ini tidak lain adalah buah dari perasaan ini, yang berhasil menyatukan dan mempertemukannya.
Kami ingin mengatakan, bahwa umat Islam di sepanjang masa lalu banyak menghadapi musibah besar, seperti serangan kaum Salibis dan pendudukan pasukan Mongol. Hanya saja, setiap kali ada musibah besar, umat Islam berhasil keluar dari musibah-musibah itu dengan kekuatan yang lebih besar. Semua itu terjadi karena umat Islam senantiasa berpegang teguh pada agama Allah Jalla Jalâluh.
Tidak diragukan lagi, bahwa musibah terakhir, bahkan merupakan musibah terbesar yang dihadapi seluruh umat Islam, adalah runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Bagaimana tidak. Musibah ini tidak saja telah mengakibatkan pendudukan, pertumpahan darah dan air mata, tetapi juga telah mendatangkan berbagai pemikiran batil dan perpecahan. Ini merupakan pukulan yang banyak mengakibatkan kehancuran.
Sesungguhnya, negeri-negeri Islam, yang berada di wilayah geografis yang disebut dengan Dunia Islam, kini satu-persatu telah diduduki oleh kaum Kafir. Dari sinilah negeri kaum Muslim terpecah-belah. Masing-masing dipisahkan oleh ladang-ladang penuh ranjau setelah sebelumnya hanya cukup dengan kawat-kawat berduri. Semua itu dilakukan setelah kaum kafir penjajah sadar, bahwa apa yang mereka lakukan ternyata tidak bisa menjamin terpecah-belahnya umat yang satu ini dengan hanya menaburkan dalam benak dan hati mereka benih perpecahan dan sparatisme.
Memang, mereka belum puas dengan semua itu. Bahkan mereka telah merekayasa problem-problem regional dan domestik di tiap-tiap negeri kaum Muslim. Mereka berupaya mengubah apa yang menjadi prioritas kita, lalu mereka mengkaburkan peristilahan kita, seperti al-wathan (tanah air) dan al-millah (agama) dari pengertian yang sebenarnya, kemudian mereka ganti dengan pengertian-pengertian lain yang mereka inginkan
Al-Wathan (tanah air), dalam pandangan Islam adalah tempat yang di dalamnya diterapkan sistem kehidupan yang diturunkan Allah, sedang al-millah (agama) dalam pandangan Islam adalah umat Muhammad. Namun, yang lebih utama adalah sebutan “umat” karena ini merupakan sebutan yang sesungguhnya.
Sungguh, mereka telah berhasil dalam semuanya itu, melalui tekanan dan intimidasi serta dukungan sistem Jahiliah, memperkuat kekufuran. Keberhasilan bisa mereka diwujudkan bukan semata-mata karena mereka memiliki kekuatan. Bahkan keberha-silan itu sebenarnya merupakan akibat dari terperosoknya Dunia Islam dalam gelapnya kelalaian dan tidak menjalankan kewajibannya, yang akhirnya mengakibatkan dirinya tidak berdaya.
Problem-problem ini memang sengaja diciptakan. Begitu juga dengan perpecahan yang ditanamkan ke dalam benak dan hati kita. Para penguasa yang diangkat untuk memimpin pun tidak sesuai dengan keinginan kita. Bahkan antara kita dan mereka terdapat jarak yang sangat jauh. Gerakan kita dilumpuhkan. Mata kita dibutakan. Telinga kita ditulikan. Bahkan kita sampai pada suatu keadaan tidak lagi melihat darah kaum Muslim yang mengalir, tidak lagi mendengar dan menjawab jeritan-jeritan dan keluh-kesah yang datang dari Palestina, Afganistan, Chechnya, Kashmir, Irak, Pakistan, Sudan, Somalia, Aljazair, dan sebaginya
Sungguh, mereka sengaja menghancurkan setiap gerakan dan setiap pergerakan yang dilakukan umat Islam dengan tangan besi. Akibatnya, tidak sedikit di antara generasi umat Islam yang istimewa ini mereka bunuh serta mereka tempatkan dalam penjara kaum kafir penjajah dan para penguasa antek yang gelap. Sekarang, berbagai problem dan kegelapan masih terus berlangsung bahkan sampai puncaknya.
Sesungguhnya berbagai pemikiran dan simbol yang beredar luas di pentas internasional, yang dipasarkan di Dunia Islam dengan nama “perubahan” dan “reformasi”, merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari serangan Amerika yang biadab serta serangan sekutunya yang keji dan kejam terhadap Islam dan kaum Muslim. Tujuannya adalah untuk memperkuat dan mengokohkan pengaruh dan dominasinya terhadap umat Islam. Sungguh, tidak diragukan lagi bahwa serangan budaya pemikiran ini sama sekali tidak berbeda dengan pendudukan, penjajahan dan tindakan pembantaian. Sebab, tujuan dari serangan budaya dan pemikiran ini adalah memalingkan kita dari jalan kita yang terang sehingga kita berpikir dan bergaya hidup seperti mereka, yakni menjadikan kita sebagai mayat, padahal kita masih hidup; menjadikan umat Islam sebagai komunitas kecil yang dapat digiring dan dikendalikan oleh siapapun. Padahal setiap Muslim wajib menerapkan Islam dan hidup sesuai dengan hukum-hukum Islam. Sebab, rendah diri dan tunduk selamanya bukanlah sifat seorang Muslim. Sesungguhnya keadaan rendah dan terhina yang menyelimuti umat Islam ini akibat dari mereka tidak menerapkan Islam dan tidak berjalan sesuai hukum-hukum Islam sebagaimana diwajibkan. Rasulullah saw. bersabda dalam hadis syarif:
«لَتُنْتَقَضُنَّ عُرَى إلاسْلاَمِ عُرْوَةً عُرْوَةً، فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةً تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيْهَا، وأَوَّلُهُنَّ نَقْصاً الحُكْمُ، وآخِرُهُنَّ الصَّلاةُ»
Sungguh ikatan Islam akan benar-benar lepas seikat demi seikat…Ikatan yang pertama kali lepas adalah hukum (pemerintahan), dan yang terakhir adalah shalat.
Artinya, agar Islam tidak terbagi-bagi dalam ikatan-ikatan, dan agar Islam diterapkan dengan sempurna, maka kita harus menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang berhak membuat hukum.
Sebagaimana kita tahu, kaum kafir penjajah sangat pandai dalam memasarkan berbagai pemikiran batil dan sesat kepada umat Islam, dalam menutupi pengrusakan dan penghancuran, serta dalam melakukan pembantaian dan pendudukan. Mereka juga pandai untuk tetap bersembunyi di balik layar. Dalam setiap melakukan pendudukan, pembantaian, dan pengrusakan, mereka selalu memiliki alasan dalam melakukan semua itu. Alasannya adalah selalu kaum Muslim!
Sesungguhnya, bangsa Amerika penjajah berusaha menjadikan umat Islam melupakan setiap kejahatan yang dilakukannya terhadap umat Islam, dan berusaha menjauhkan catatan hitamnya dari mata umat Islam dengan mengubah warna pemimpinnya. Hanya saja, umat Islam, lazimnya tidak pernah lupa untuk tetap melakukan kebaikkan. Mereka pun selamanya tidak pernah melupakan kezaliman yang dilakukan terhadapnya. Sungguh, selamanya umat Islam tidak akan pernah melupakannya.
Seperti yang telah disebutkan di awal, sesungguhnya persatuan kita merupakan suatu kenyataan yang harus kita wujudkan, agar kita mampu berdiri tegak dan kokoh di depan kaum kafir penjajah, dan orang-orang yang membantunya, baik dengan sadar maupun tidak, agar kita benar-benar kokoh dalam menghadapi setiap serangan yang mereka lancarkan. Sungguh, setiap orang yang berakal pasti sadar, bahwa kekuatan merupakan hasil dari persatuan, dan dengan persatuan, umat pasti mampu mengalahkan setiap rintangan dan kesulitan.
Dengan alasan ini, wahai kaum Muslim, sesungguhnya setiap penderitaan yang kita rasakan, setiap air mata yang kita teteskan, setiap pemikiran rusak yang tertanam di tengah-tengah kaum Muslim harus mengingatkan kita, bahwa menegakkan Khilafah adalah persoalan utama kaum Muslim, yang mengharuskan kaum Muslim hanya hidup dengannya, atau mati dalam naungannya. Mengapa tidak? Sebab, Khilafah merupakan lambang persatuan umat Islam.
Sesungguhnya umat Islam itu tidak ubahnya satu tubuh, sedangkan Khilafah tidak ubahnya kepala bagi tubuh tersebut, sementara tubuh betapapun besarnya, ketika ia tanpa kepala, maka mustahil ia dapat bergerak. Untuk itu, kita harus mengembalikan kepala pada tubuhnya, agar umat Islam kembali meraih kemuliaan dan kedudukan yang dulu pernah diraihnya, yang dengannya umat Islam akan kembali memimpin dunia. Untuk tujuan itulah, sejumlah besar kaum Muslim dari berbagai penjuru dunia berkumpul. Meski untuk sampai di sini, mereka harus menyebrangi samudera nan luas.
Di manapun kita berada dan apapun sebutan yang kita gunakan, maka nama yang terbaik bagi kita, dan sebutan yang paling kita senangi adalah nama dan sebutan yang diberikan kepada kita oleh Tuhan semesta alam, yaitu nama atau sebutan “al-Muslimûn”. Agar kita bisa memenuhi hak nama itu dengan sesungguhnya, maka bagi masing-masing kita harus mengerahkan segenap kemampuan dalam berusaha dan berjuang untuk menyinari semua kegelapan Jahiliah melalui obor yang cahayanya bersumber dari al-Quran al-Karim. Sungguh, kesudahan yang baik itu hanya milik orang-orang yang bertakwa.
وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa (QS Al-Hajj [22] : 40). [
Sabtu, 14 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar